JATIMPOS.CO//MALANG- Politeknik Negeri Malang (Polinema) melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dengan membuat mesin penetas telur otomatis berenergi matahari hybrid yang diberikan kepada peternak di Kabupaten Malang.
Penyerahan mesin kepada peternak itik, di Dusun Ngudi Desa Tawangargo Kabupaten Malang pada Senin (5/12) pagi. Program kegiatan ini dalam rangka melaksanakan pengabdian kepada masyarakat oleh Politeknik Negri Malang dengan dana Ditjen DIKTI (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi) 2022.
Dr. Budhy Setiawan, B.SEET, MT selaku dosen Teknik Elektronika Politeknik Negeri Malang bersama dengan sekelompok mahasiswa menciptakan sebuah mesin penetas telur otomatis (inkubator) tersebut dengan memanfaatkan energi panas matahari (akumulator) hybrid.
Dari data hasil penelitian tersebut, dalam operasionalnya, biaya listrik yang dikeluarkan untuk penetasan dapat terkurangi hingga 15 Kwh maksimal per hari dengan menggunakan mesin inovasi tersebut.
“Mesin ini bisa membantu pengusaha peternak penetas telur untuk mengurangi biaya listrik, karena alat ini memakai energi panas matahari sebagai sumber energi utama, sedangkan energi listrik hanya untuk backup” ucap Budhy Setiawan, Senin (5/12) pagi.
Bersama kelompok mahasiswa pembuat mesin penetas telur otomatis
-----------------------------
Menurut Budhy Setiawan Mesin ini mampu menampung sampai 600 telur dan jika musim kemarau mesin ini tidak membutuhkan listrik “Jika musim kemarau mesin ini bisa 24 jam tidak menggunakan listrik, cuma memanfaatkan energi panas matahari saja, kalau musim hujan, sejauh ada matahari bersinar di atas 11 Klux akumulator akan mengkontribusikan energi panasnya ke inkubator (penetas) dan sisanya pakai bantuan listrik” ujar dosen Polinema tersebut.
Alasan membuat mesin penetas telur otomatis yang memanfaatkan energi panas matahari ini dikarenakan semakin berkurangnya energi fosil (minyak, gas dan batu bara), maka harga listrik akan semakin mahal, dan peternak akan mengeluarkan biaya listrik yang besar untuk mengoperasikan penetas telur ber-energi listrik saja.
Untuk membuat mesin (penetas telur) tersebut dosen Polinema membutuhkan waktu selama 6 bulan, pengerjaan pembuatan mesin tersebut melibatkan 3 mahasiswa skripsi polinema program Studi Teknik Elektronika baik mekanika maupun kontrol elektronikanya.
Budhy Setiawan juga mengaku bekerja sama dengan beberapa mitra “tidak hanya pengusaha peternak, tapi juga perusahaan-perusahaan di industri, karna tujuan penelitian itu mengabdi pada masyarakat”.
“Harapannya mesin tersebut akan menjawab kebutuhan energi panas untuk penetasan dapat tercukupi oleh energi panas matahari, mengingat bisa dipastikan harga energi listrik akan melonjak,” pungkasnya. (rls)