JATIMPOS.CO/SURABAYA — Kota Surabaya kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu kota dengan pengelolaan fiskal terkuat di Indonesia, dengan kapasitas fiskal mencapai 73 persen. Hal ini disampaikan Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto dalam Musyawarah Nasional (Munas) VII Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) 2025, yang dihadiri oleh 98 wali kota se-Indonesia di Convention Hall Grand City, Surabaya, Jumat (9/5/2025).
"Saya ingin memberikan semangat kepada Kota Surabaya dengan kapasitas terkuat di Republik Indonesia. Yakni 73 persen, Cak Eri ya PAD-nya," ujarnya, menyebut nama Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.
Menurut Bima, Kota Surabaya bukan hanya berhasil dalam meningkatkan PAD, tetapi juga menjadi pionir dalam efisiensi anggaran dan realokasi pembiayaan alternatif. Salah satu contoh konkret adalah pengalihan anggaran sebesar Rp1 triliun yang sebelumnya dialokasikan untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Karena program tersebut sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah pusat, dana APBD yang semula direncanakan untuk MBG akhirnya digunakan untuk pembangunan sekolah dan sarana prasarananya.
"Efisiensi adalah investasi, efisiensi adalah visi jangka panjang. Kita perlu membangun pendekatan baru, kultur baru, cara baru, menghilangkan yang mubazir agar tercipta ruang fiskal yang kokoh," tegas Bima Arya dalam sambutannya.
Ia juga menyebutkan sejumlah kota lain dengan kapasitas fiskal kuat seperti Semarang, Bekasi, Tangerang Selatan, Denpasar, Tangerang, Bogor, Bandung, Batam, dan Medan. Namun demikian, Surabaya tetap menempati posisi tertinggi, terkuat, memenuhi syarat untuk menjadi tolok ukur bagi daerah lain dalam menciptakan kemandirian fiskal.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan bahwa penguatan kapasitas fiskal harus berjalan beriringan dengan pemilihan skala prioritas yang jelas dalam pembangunan.
"Program kerakyatan, terutama aspek pendidikan dan kesehatan, harus berjalan bersamaan dengan pembangunan infrastruktur berskala menengah hingga besar. Hal ini penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat," jelas Eri Cahyadi.
Menurut Eri, tantangan fiskal yang dihadapi saat ini tidak bisa dijawab hanya dengan pola anggaran lama yang mengandalkan APBD.. Diperlukan terobosan, termasuk menjalin kemitraan dan mencari pembiayaan alternatif guna mempercepat pembangunan kota. Ia juga menyoroti pentingnya pertumbuhan ekonomi cepat yang telah menjadi target nasional, seperti visi Presiden Prabowo Subianto yang menetapkan angka pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.
"Itulah mengapa kita perlu terus bergerak kolaboratif. Pemerintah kota tak bisa bekerja sendirian," kata Eri.
Ia menjelaskan, saat ini paradigma pembangunan di Surabaya telah berubah. Tidak lagi bersifat top-down, tetapi lebih bersifat partisipatif. "Kalau dulu pemerintah membangun untuk warga (governing for citizen), sekarang membangun bersama warga (governing with citizen). Maka dari itu, peran DPRD dan masyarakat sangat krusial," imbuhnya.
Pembangunan di Surabaya pun tak lagi berorientasi pada batas-batas administratif wilayah. Sebaliknya, pembangunan diarahkan pada konsep kawasan dan aglomerasi, terutama dalam sektor transportasi dan infrastruktur. Hal ini dinilai penting untuk menciptakan konektivitas yang lebih luas antara Surabaya dan daerah sekitarnya.
Langkah-langkah efisiensi seperti yang dilakukan oleh Kota Surabaya pun dianggap menjadi inspirasi bagi daerah lain. Realokasi anggaran yang tepat guna dan inovasi pembiayaan alternatif terbukti dapat memperkuat ketahanan fiskal, bahkan mendorong keberlanjutan pembangunan jangka panjang.
Keberhasilan Kota Surabaya dalam memperkuat kapasitas fiskalnya menjadi bukti nyata bahwa strategi efisiensi, realokasi anggaran cerdas, dan pembiayaan alternatif dapat memberikan dampak besar terhadap kemandirian daerah. Dengan PAD yang kuat, kebijakan berbasis prioritas rakyat, serta paradigma pembangunan kolaboratif, Surabaya menunjukkan bahwa visi Indonesia Emas 2045 bukan sekadar mimpi—melainkan sebuah cita-cita yang sedang dijalankan secara nyata.
Kota ini pun menjadi model inspiratif bagi seluruh daerah dalam membangun fiskal yang kokoh dan masa depan yang berkelanjutan.(fred)