JATIMPOS.CO/SURABAYA- Seni tradisi “Jaranan Dor” pimpinan Bapak Yudistira Bayu Pamungkas asal Kabupaten Jombang, tampil penuh atraktif di UPT Museum Mpu Tantular, Selasa (5/3/2023). Ratusan pengunjung terpukau dengan aksi personel jaranan dor, yang tampak seperti kuda berlari kencang hingga mau ke luar arena.
Kegiatan ini merupakan Gelar dan Peragaan Warisan Budaya Museum Mpu Tantular, Buduran Sidoarjo. Hadir membuka, Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim Dian Okta Yoshinta mewakili Kadisbudpar Jatim Evy Afianasari.
Juga hadir Kabid Destinasi Pariwisata Susiati, pejabat aparatur desa, kecamatan di sekitar Museum Mpu Tantular, sekolah serta komunitas. Ka UPT Museum Mpu Tantular, Sadari memberikan laporan kegiatan. “Ini diselenggarakan secara offline dan online,” kata Sadari.
Kegiatan ini, lanjut Sadari, dalam rangka menjalankan tugas fungsi museum berdasarkan undang-undang cagar budaya nomor 11 tahun 2010 tentang pemanfaatan benda cagar budaya.
Selain itu, PP 66 Tahun 2015 tentang museum dan undang-undang nomor 5 tahun 2017 terkait pemajuan kebudayaan. “Salah satu kegiatannya pada hari ini bahwa kegiatan semacam ini adalah penunjang dalam rangka promosi publikasi museum dalam menjalankan tugas-tugas rutinnya,” katanya.
Harapan untuk Museum
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim Dian Okta Yoshinta mewakili Kadisbudpar Jatim Evy Afianasari menyampaikan pesan-pesan berikut ini :
Kalau kita melihat warisan budaya adalah ekspresi dari cara hidup yang dikembangkan oleh suatu komunitas yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Jaranan door ini merupakan kesenian tradisional kuda lumping asli Jombang, yang berdiri dari tahun 1925 di desa Kemambang Jombang. Bahkan kesenian ini konon telah ada sejak tahun 1835.
Salahsatu ciri khas kesenian jaranan door merupakan alat musiknya yang tadi mungkin langsung ditampilkan dan ditabuh.
Mungkin karena namanya door jadinya lagunya dor gitu sih sehingga jaranan ini disebut jaranan dor dan alat musik selain jidor adalah kendang dan sepasang implung yang terdiri dari tiga biji dengan ukuran berbeda satu berukuran besar disebut tong dan yang kecil disebut ketimpung.
Nanti detailnya lebih Pak sadari yang lebih menjelaskan ke teman-teman semua ini, kan ada ada pelajar-pelajar yang harus lebih dijelaskan Pak Sadari ini adik-adik ini apa usulnya asal-usulnya dan bagaimana proses nabuhnya dan bagaimana ini ada mbak-mbak sindennya.
Museum di sini adalah rumah sekaligus etalase budaya Indonesia yang koleksi museum ini merupakan dari beberapa budaya diantaranya objek kemajuan budaya yang layak untuk dilestarikan dan dikembangkan.
Dalam museum Mpu Tantular selain tersimpan beragam koleksi prasejarah disimpan aneka kesenian dari wilayah seluruh Jawa Timur.
Sesuai arahan Bu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, teman-teman di Museum ini harus harus lebih fleksibel, jangan kaku-kaku lah untuk pelayanan kepada masyarakat di sekitar, agar mereka lebih ingin tertarik untuk datang ke museum Mpu Tantular.
Mungkin dari servisnya harus lebih ramah terus mungkin, harus ada kegiatan-kegiatan yang menarik siswa-siswa untuk bisa rutin untuk kegiatan-kegiatan event yang dilaksanakan di museum Mpu Tantular sehingga nanti harapannya museum dekat dengan kelompok-kelompok penggiat budaya termasuk berkolaborasi dengan para seniman melalui aktivitas komunitas sahabat museum.
Dari upaya ini nantinya diharapkan akan ada format dan ide-ide kegiatan yang baru yang lebih positif bagi pelestarian kesenian dan kebudayaan di provinsi Jawa Timur.
Saya menyambut baik UPT Museum Mpu Tantular dalam menjalankan fungsi publikasi dan sosialisasi tentang keberadaan museum seperti salah satunya kegiatan pada pagi hari ini dengan menyelenggarakan kegiatan gelar dan peragaan jaranan door sebagai warisan budaya Jawa Timur.
Mudah-mudahan kesenian ini akan semakin diakui eksistensinya ketika dilakukan penetapan sebagai warisan budaya tak benda atau kita sebut dengan WPTB untuk ke depannya ini lebih memasyarakat.
Dan selanjutnya kami berharap masyarakat dapat turut serta mengapresiasi kesenian tradisional, promosi publikasi warisan budaya kepada khalayak luas serta diharapkan dapat berlangsung secara terus-menerus dalam skala yang lebih luas.
Dan yang jelas upaya ini dapat dilakukan dengan melibatkan banyak pihak tak terkecuali masyarakat yang sebagai pewaris budaya itu sendiri. Saya berharap ke depan museum dapat turut serta mengedukasi masyarakat tentang pelestarian koleksi museum sebagai salah satu objek pemajuan kebudayaan Masyarakat.
Dengan berkunjung ke Museum dapat terlibat dalam proses pengelolaan koleksi mulai dari proses perawatan sampai bagaimana menyajikan sebuah koleksi hingga dapat dinikmati sebagai sebuah informasi sejarah yang sangat berharga dan informatif.
Saya juga mendorong museum ke depan berupaya menciptakan kegiatan yang berorientasi publik dengan mengedepankan keterlibatan masyarakat secara partisipatoris.(sa)