JATIMPOS.CO/SURABAYA- Sebanyak 75 orang pembina sanggar tari dari Kabupaten dan Kota se Jawa Timur mengikuti “Workshop Seni Budaya Peningkatan SDM Sanggar Tari” di UPT Taman Budaya Jatim (TBJ) Jl. Gentengkali Surabaya.
“Kegiatan ini untuk meningkatkan sinergitas atau kerjasama antar seniman tari di Jawa Timur, juga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan atau kompetensi para pembina sanggar tari di Jawa Timur,” kata Kepala UPT TBJ Ali Ma'ruf, dalam laporannya, Rabu (7/2/2024).
Ali Ma’ruf sekaligus mewakili Kadisbudpar Jatim Evy Afianasari membuka kegiatan tersebut. “Sekaligus sebagai penguatan basis pembinaan dan pengembangan seniman tari di Jawa Timur dan silaturahim antar seniman tari di Jawa Timur,” tambahnya.
Sesuai jadwal, kegiatan tersebut berlangsung Selasa dan Rabu (6-7 Februari 2024) sejak pagi hari. Dan pada sore harinya (7/2/2024) para peserta bertemu Gubernur Khofifah dalam gelar “Sapa Insan Budaya dan Pariwisata bersama Gubernur Khofifah” di Graha Wisata Disbudpar Jatim.
Narasumber kompeten memberikan materi pada Workshop tersebut, yakni Drs. Peni Puspito, M.Hum membahas tentang koreografi tipe dramatari, dan Drs. Heri Prasetyo membahas tentang semiotik gerak. Sebagai moderator Sudibyo Eddy S. dari Surabaya.
Perlu Direformulasi
Kadisbudpar Jatim Evy Afianasari mengemukakan, dalam hal menjaga keberlanjutan warisan budaya regenerasi, inovasi dan produksi harus senantiasa dilakukan.
Menjaga tradisi dengan berbekal atas nama pelestarian dan kecintaan saja tidaklah cukup; tradisi perlu terus direformulasi, bahkan jika perlu bermetamorfosis agar bisa berhadapan dan bersaing dengan kompetitor-kompetitornya di dunia modern saat ini.
Kesenian akan tetap hidup apabila di dalamnya ada kreatifitas, baik kreatifitas dalam memproduksi, kreatifitas dalam menggelar, kreatifitas dalam berpromosi maupun sosialisasi serta kreatif dalam menghidupi dirinya sendiri.
Berangkat dari pemikiran tersebut Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan kegiatan “Workshop Seni Budaya Peningkatan SDM Pembina Sanggar Tari Jawa Timur Tahun 2024”.
Wujud sebuah karya seni pertunjukan, agar bisa tetap eksis harus bisa meng-upgrade dan meng-update kemasan-kemasannya dengan menampilkan sisi hiburan yang lebih menarik namun tidak menyimpang dari pakem atau alur cerita.
Kreativitas memang mutlak diperlukan, bahkan secara ekstrim kreativitas disebutkan sebagai jantungnya kesenian sekaligus merupakan benteng dan proteksi terhadap pelestarian, tetapi kreativitas tentu tidak sekedar beda, bukan imitatif dan bukan asal tempel dengan kata lain “ora mung waton sulaya ning sulaya sing nganggo waton”.
Untuk itu sebagai wujud rasa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap hasil karya pada seni pertunjukan, khususnya para pembina seni harus memacu dan mendorong daya kreatifitas senimannya dengan satu langkah cerdas, mendalam, aktual dan bermutu; dan terakhir bisa diterima oleh masyarakat dan bisa merebut pasar. (zen)