JATIMPOS.CO/JOMBANG - Wakil Presiden Republik Indonesia, KH Ma’ruf Amin meluncurkan program Gerakan Wakaf Indonesia (GWI) di SMA Trensains Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Rabu (15/3/2023) siang.
Wapres didampingi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Bupati Jombang Mundjidah Wahab, disambut oleh pengasuh Ponpes Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz atau yang akrab dipanggil Gus Kikin, Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng (BWPT) Abdul Halim Mahfudz sekira pukul 12.30 WIB.
Disampaikan Kiai Ma'ruf, Indonesia berada di peringkat teratas negara paling dermawan di dunia menurut World Giving Index 2022 dengan indeks sebesar 68 persen. Hal ini tak lepas dari pemanfaatan wakaf sebagai dana sosial masyarakat yang berfungsi untuk kepentingan ibadah sekaligus memajukan kesejahteraan bagi masyarakat.
"Saya mendukung pemanfaatan wakaf sebagai motor penggerak ekonomi masyarakat, gerakan wakaf bisa menjadi salah satu pendekatan untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan sosial," ungkapnya.
Oleh sebab itu, dirinya mengajak seluruh elemen masyarakat unyuk turut serta peduli dengan kemiskinan dan ketimpangan sosial, dengan cara menyisihkan harta melalui wakaf.
“Sekarang sudah membangun Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah untuk menggerakkan ekonomi, termasuk gerakan wakaf di daerah-daerah,” katanya saat sambutan.
Menurutnya, Masyarakat Indonesia termasuk masyarakat yang gemar berbagi. “Sebut saja tradisi tumpengan, slametan, tahlilan dan banyak tradisi lain yang mayoritas dalam ritual tersebut selalu dibarengi dengan acara bagi-bagi berkat dan makan bersama. Dari sini terlihat masyarakat Indonesia sangat kental dengan tradisi komunal dan berbagi," tuturnya.
Namun, kata dia, fakta tersebut tidak berbanding lurus dengan pengelolaan dana yang bersifat sosial (charity). Karena masyarakat masih minim pengetahuan literasi tentang perwakafan. Selain itu, nadzir (pengelola harta) wakaf juga harus berkompeten.
“Masih lemahnya tata kelola wakaf, rendahnya literasi wakaf dan kapasitas nadzir yang harus ditingkatkan. Ini menyebabkan pengelolaan wakaf untuk menyejahterakan masyarakat dan menurunkan ketimpangan sosial belum maksimal," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Badan Wakaf Indonesia M. Nuh berharap, agar Badan Wakaf Pesantren Tebuireng dapat menjadi kiblat bagi pengelolaan wakaf, baik di tingkat nasional maupun global.
“Yang ingin digagas oleh Badan Wakaf Pesantren Tebuireng, yaitu meningkatkan nilai tambah dari aset wakaf,” ujar M. Nuh.
“Kita sangat berharap kehadiran Badan Wakaf Pesantren Tebuireng menjadi role model, menjadi kiblat, contoh pengelolaan wakaf terbaik yang ada di Indonesia, bahkan dunia,” pungkasnya.
Terpisah, Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng (BWPT) Abdul Halim Mahfudz mengatakan, Kerjasama BWPT ini terbuka untuk perorangan, badan hukum, dan korporasi, atau bahkan perusahaan multi nasional.
“BWPT akan membangun kerjasama dengan pemangku kepentingan yang luas, yang peduli untuk bersama-sama mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan," tutur Gus Iim sapaannya.
Ia menyampaikan, Tebuireng ingin menunjukkan bahwa sedang mengoptimalisasi penggunaan tanah-tanah wakaf yang ada di Tebuireng.
“Khususnya memang wakaf ini yang ditinggalkan oleh hadratuseh sekitar 8 hekatre. Dan kami sudah mulai membangun dimulai dari KH. Sholahudin Wahid,” terangnya.
Saat ini di lahan peninggalan Kiai Hasyim Asy'ari itu itu terdapat gedung SMA Trensains dengan 16 kelas dan gedung SMP Sains 21 kelas. Sebenarnya masih ada sisi lahan yang belum dimanfaatkan. Namun pihaknya sedang berfikir untuk bagaimana mengoptimalkannya. Disisi lain, juga masih ada lahan sekuas 16 hektare yang diwakafkan.
“Kita masih belum mampu untuk mengoptimalkan,” ujarnya.
Dengan adanya GWI ini, ia melihat potensi yang sangat besar, terutama untuk kalangan umat Islam. Akan tetapi, Gus Kikin menegaskan, pengelolaan dan sistemnya harus ditata dengan baik.
“Tidak seperti jaman dahulu mengelola uang begitu saja. Kalau sekarang kan ada sistem, karena semakin lama semakin besar nilai uangnya,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, Peluncuran GWI dilaksanakan di lahan yang diwakafkan oleh Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari. Lahan ini diserahkan kepada pesantren Tebuireng untuk pendidikan pada tahun 1934 silam. Kini, lahan tersebut telah berdiri bangunan kompleks Pesantren Sains Tebuireng dan menampung sekitar 1400 santri. (her)