JATIMPOS.CO/JOMBANG - Rawat inap jiwa diperlukan bagi pasien dengan kedaruratan jiwa. Antara lain pasien gaduh gelisah/mengamuk, pasien percobaan bunuh diri, pasien dengan  penelantaran diri, yaitu pasien yang tidak merawat/menolong  dirinya sendiri, tidak mau makan dan minum hingga membahayakan jiwanya.Antina Nevi Hidayati, Sp., KJ, Psikiater RSUD Jombang, mengatakan untuk pasien gangguan jiwa yang mengalami kedaruratan terdapat dua jenis tempat rawat inap yaitu tempat tidur HCU (High care Unit) sebanyak 2 bed, dilengkapi oksigen dan peralatan darurat lain, untuk perawatan pasien yang masih sangat gawat, yang diseting berdekatan dengan ruang nurse; dan ruang rawat biasa bagi pasien yang telah keluar dari HCU.

Rawat inap jiwa setelah  HCU ini memiliki  fasilitas 6 tempat tidur yang di setting satu kamar  per pasien. "Ini akan lebih menjamin privasi dan kenyamanan pasien dan keluarga, yang ikut merawat," jelas Dokter  yang juga anggota komite farmasi dan terapi RSUD Jombang itu, saat ditemui di ruang Humas RSUD Jombang.

Perawatan dengan pembiayaan  kelas tiga namun fasilitasnya seperti kelas 1, diantaranya kamar mandi di dalam  dan kipas angin.  Ruang rawat inap jiwa tersendiri di RSUD Jombang mulai  beroperasi  sejak tahun lalu tepatnya bulan Oktober 2021.

Sebelumnya rawat inap jiwa juga sudah dijalankan, namun masih bercampur dengan pasien lain, terakhir dengan pasien bedah. Sejak  bulan Januari kemarin ruang kelas 1 istana Pandawa   sudah sepenuhnya dipergunakan  untuk pasien jiwa sehingga tidak mengganggu pasien lain. Berbagai perbaikan masih terus berlangsung untuk menyempurnakan ruang rawat inap jiwa tersebut.

"Pada umumnya pasien perlu dirawat bila mulai  menyulitkan keluarga, atau membahayakan diri sendiri dan orang lain. Misalnya pada kondisi mengamuk/gaduh gelisah. "Pasien  gaduh gelisah dan melakukan kekerasan semacam ini kadangkala  di bawa ke pondok atau dibawa ke penampungan yang tidak menggunakan obat obatan anti psikotik, sehingga pemulihan tidak berjalan optimal, dan pasiennya dijauhi keluarga dan  masyarakat. Kalau pasiennya dibawa ke rumah sakit, maka ia akan  diberikan obat, dan diharapkan pemulihan lebih optimal dan bisa kembali ke keluarga lebih cepat. Karena ini adalah rumah sakit umum, yang tidak hanya menampung pasien gangguan jiwa, maka stigma yang ditimbulkan menjadi tidak  seberat pasien dirawat di rumah sakit jiwa," ungkapnya.

Selain pasien gaduh gelisah, pasien pelantaran diri yakni pasien yang tidak mau makan, menolak minum; dan pasien percobaan bunuh diri juga perlu dirawatinapkan meski jumlahnya tidak sebanyak pasien gaduh gelisah.

Pasien boleh pulang apabila pasien tidak gaduh gelisah, dan sudah mampu  bersikap kooperatif, mau minum obat sendiri, dengan keluarganya sudah bisa kerjasama sehingga memungkinkan  untuk  dirawat oleh keluarga di rumah.

"Harapan kita dengan keluarga ikut  dilibatkan  dalam perawatan pasien, akan mempermudah upaya penyatuan pasien dengan keluarga dan masyarakatnya. Hal ini penting untuk kesembuhan sosial pasien.

Setelah rawat inap diharapkan pasien dapat kontrol rutin di poli jiwa. Selain pasien pasca rawat inap jiwa, orang dengan masalah atau ketidaknyamanan dalam 3 aspek mental (pikiran, emosi, dan perilaku), terlebih lagi yang sampai mengganggu aktifitas keseharian, sebaiknya, di konsultasikan juga ke poli jiwa. Jangan tunggu sampai kondisi memberat, misalnya sampai sulit komunikasi, menarik diri, atau mengamuk," jelas Ketua Tim pendampingan skisosial Satgas Covid IDI Jombang.

Sebaiknya pasien dengan, kedaruratan misalnya gaduh gelisah, percobaan bunuh diri, atau  penelantaran diri dibawa langsung ke UGD, memang ada yang di bawa ke poli namun diharapkan pasien tersebut di bawa ke UGD. Untuk mempercepat penanganan kedaruratannya.

"Sedangkan ada masalah kejiwaan yang tidak darurat, misalnya insomnia, kecemasan, sedih berlebihan, psikosomatik, masalah pekerjaan dan pernikahan, bisa  berkonsultasi ke Poli Kesehatan Jiwa RSUD Jombang dengan jam buka pelayanan pada hari Senin - Jumat mulai pukul 07.00 - 12.00 WIB. Semua pasien ditangani sampai selesai meskipun di atas jam 12.00," pungkas dr. Nevi satu - satunya dokter spesialis kedokteran  jiwa di RSUD Jombang. (her)