JATIMPOS.CO/SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyatakan kesiapannya untuk mendukung uji coba vaksin Bacillus Calmette-Guérin (BCG) terbaru yang akan dilakukan untuk mencegah penyebaran tuberkulosis (TBC).

Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, menyampaikan bahwa pihaknya akan berkoordinasi erat dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk memastikan kesiapan infrastruktur dan distribusi vaksin.

"Kita tentu terus berkoordinasi, biasanya memang instruksi yang spesifik dari Kemenkes, salah satu lokusnya biasanya kan ke Jawa Timur," ujar Emil usai menghadiri Rapat Paripurna di Gedung DPRD Jawa Timur, Rabu (14/5).

Mengenai kesiapan infrastruktur untuk pelaksanaan vaksinasi, Emil menjelaskan bahwa jaringan infrastruktur vaksinasi di Jawa Timur sebenarnya sudah terbentuk dengan baik, berkat pengalaman dari berbagai program sebelumnya. "Tinggal bagaimana memastikan vaksinnya ada dan sasarannya siapa untuk vaksin tersebut," jelas Emil.

Ia menambahkan, proses ini akan bergantung pada panduan lebih lanjut dari Kemenkes terkait kelompok sasaran dan mekanisme distribusi vaksin.

"Kita sering, seperti pada program measles-rubella, bekerja sama dengan WHO atau UNICEF untuk menjangkau anak-anak di sekolah. Nah, untuk vaksin ini, sasarannya seperti apa, kita tunggu saja dulu, masih detail dan teknis," tutup Emil.

Sementara itu, Anggota DPRD Jawa Timur dari Fraksi Gerindra, Dr. Benjamin Kristianto, MARS, menyoroti pentingnya mengevaluasi efektivitas vaksin BCG yang selama ini digunakan. Menurutnya, meski vaksin ini sudah menjadi imunisasi wajib sejak bayi, angka kematian akibat TBC di Indonesia masih tinggi.

Dr. Benjamin Kristianto, MARS

"Ya, jadi kita tahu angka kematian TBC itu kan cukup tinggi, kalau tidak salah 5 sampai 6 orang meninggal setiap hari," ujar Benjamin.

Ia mempertanyakan efektivitas vaksin BCG yang selama ini diberikan, mengingat tingginya kasus TBC di masyarakat. "Sejak kita lahir itu kita sudah diimunisasi BCG, logikanya kita harusnya kebal terhadap TBC, tapi kenyataannya tidak begitu," jelasnya. "Kalau vaksinnya berhasil, mestinya angka TBC-nya nol, bukan malah tinggi," tambahnya.

Benjamin menjelaskan bahwa efektivitas vaksin bergantung pada beberapa faktor, termasuk kualitas vaksin, teknik penyimpanan, dan metode penyuntikan. "Vaksinnya itu mungkin bagus, tapi kalau penyimpanannya salah atau cara menyuntiknya keliru, hasilnya juga tidak akan maksimal," katanya.

Selain itu, Benjamin juga menekankan pentingnya deteksi dini melalui program Medical Check-Up (MCU) yang digagas oleh Presiden Prabowo. "Salah satu program dari Pak Prabowo adalah MCU pada hari ulang tahun, untuk memastikan apakah paru-paru rakyat Indonesia sehat atau ada flek awal dari TBC," ungkapnya.

Untuk mendorong partisipasi masyarakat, ia menilai bahwa biaya vaksin harus ditanggung penuh oleh pemerintah. "Untuk biaya vaksin, seharusnya gratis, termasuk program daripada pemerintah," tegasnya.(zen)