JATIMPOS.CO//SURABAYA - Demi memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) menghadirkan inovasi dengan menciptakan perpustakaan yang diberi nama Perpustakaan Herbal. Perpustakaan yang terletak di Kelurahan Nginden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo itu, sudah berdiri sejak tahun 2016 silam.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Surabaya, Musdiq Ali Suhudi mengatakan, awalnya perpustakaan tersebut dibuat lantaran warga setempat menginginkan adanya tempat baca di sekitar wilayah itu. Namun ternyata, setelah ditelusuri di lokasi tersebut, ditemukan potensi masyarakat yang dapat dikembangkan yakni pengelolaan tumbuh-tumbuhan herbal. Dari situ lah maka perpustakaan ini diberi nama Perpustakaan Herbal.

“Kebetulan di lingkungan perpustakaan itu ada tumbuh-tumbuhan herbal yang dikelola oleh masyarakat setempat. Nah tanah yang ditanami itu milik fasilitas umum (fasum) pemkot,” kata Musdiq Ali Suhudi, Sabtu (28/11/2020).

Ia menjelaskan, melihat potensi itu akhirnya koleksi buku yang terdapat dalam perpustakaan didominasi oleh buku-buku herbal. Bahkan Musdiq merinci dari total koleksi 1.119 judul buku yang tersusun rapi dalam rak, 500 buku diantaranya membahas seputar tentang dunia perherbalan. “Jadi itu kenapa koleksinya lebih spesifik tentang pengolahan tanaman herbal,” urainya.

Sementara itu, Kepala Seksi Informasi dan Layanan Perpustakaan Dispusip Kota Surabaya, Imam Budi Prihanto menambahkan, saat sebelum pandemi Covid-19, dalam sehari pengunjung perpustakaan silih berganti. Ia menyebut jika di pagi hari sebagian besar pengunjung dipenuhi dari kalangan ibu-ibu yang hendak membaca literasi herbal. Sedangkan, di siang hingga sore hari perpustakaan tersebut dipadati oleh anak-anak sekolah.

“Alhamdulillah antusias masyarakat setempat cukup banyak untuk datang ke perpustakaan kami. Biasanya anak-anak itu ada proses bimbingan belajar (bimbel), membaca serta mengerjakan tugas sekolahnya,” urainya.

Tidak hanya itu, setelah mendapatkan literasi yang ada di dalam perpustakaan, masyarakat langsung mengimplementasikan ilmunya di lahan milik pemkot itu. Sebagian besar dari mereka disibukkan dengan pengolahan herbal minuman seperti misalnya pengolahan jare merah. Namun tak jarang pula dari mereka yang juga tertarik mengolah herbal menjadi makanan.

“Jadi ada hasil yang dapat diterpakan warga setelah membaca koleksi herbal dari kami. Kalau selama ini yang sering itu minuman herbalnya.” ungkapnya.

Untuk koleksi buku herbal yang paling sering dibaca, Imam menyebut salah satunya adalah buku berjudul Asyiknya Menjadi Herbalis Cilik. Menurutnya, buku itu berisi tentang cara menanam herbal dan cara pembuatan minuman herbal yang dikemas secara bagus dan ramah untuk anak-anak. "Oleh sebab itu, hampir sebagian besar pemula herbalis membaca buku ini,” ungkapnya.

Bahkan, salah seorang Petugas Teknis Perpustakaan Herbal, Nginden Jangkungan bernama Restya Andaru Winandita, menceritakan pernah seorang warga datang membawa produk herbal buatan sendiri yaitu jamu-jamuan di bawa ke perpustakaan. “Ibu itu membawakan kami jamu sinom. Dan produk itu juga dijual ke rumah-rumah,” pungkasnya (*)