JATIMPOS.CO//SURABAYA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima hibah lukisan perjuangan 10 November 1945 dari Komunitas Perupa Jawa Timur (Koperjati), Selasa (3/3/2020). Lukisan yang diserahkan di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya itu memiliki panjang 10 meter dengan lebar 1,5 meter.
Ketua Umum Koperjati Muit Arsa menjelaskan hibah lukisan itu murni sumbangsih dari seniman perupa Jawa Timur untuk dijadikan bahan edukasi bagi pengunjung Tugu Pahlawan, karena nantinya lukisan tersebut akan diletakkan di Museum Tugu Pahlawan. Harapannya, setelah melihat lukisan itu, rasa nasionalisme dan patriotnya kembali tumbuh.
Menurut Muit, lukisan 10 meter ini dibuat oleh 19 pelukis pada tahun 2018 dan baru selesai finishing pada tahun 2019. Secara intens, 19 pelukis itu membuat lukisan itu hanya sekitar 2 minggu, namun saat itu tidak sampai selesai 100 persen, sehingga harus dilakukan finishingnya pada tahun 2019. “Yang melukis ini juga kebanyak warga Surabaya, sehingga paham betul sejarah perjuangan 10 November 1945,” kata dia.
Ia juga memastikan bahwa lukisan ini sebagai bentuk kecintaan para seniman seni rupa kepada Kota Pahlawan Surabaya. Bagi dia, ini salah sat bentuk kontribusi para seniman kepada Surabaya. “Semoga ini bermanfaat dan menjadi bahan edukasi bagi masyarakat, khususnya warga Kota Surabaya. Semoga ini semakin melengkapi koleksi Museum Tugu Pahlawan,” ujarnya.
Sebenarnya, lanjut Muit, lukisan tersebut sudah pernah dipamerkan di beberapa tempat, termasuk di salah satu hotel di Surabaya. Namun, ia berharap Tugu Pahlawan menjadi persinggahan terakhirnya, karena sejak awal dibuat, lukisan tersebut memang ingin dipersembahkan untuk Kota Surabaya. “Saya juga berharap lukisan ini mampu menarik perhatian wisatawan untuk datang berkali-kali ke Museum Tugu Pahlawan,” imbuhnya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan terimakasih sebesa-besarnya kepada para seniman yang telah menghibahkan lukisan tersebut. Wali Kota Risma juga mengakui bahwa memang masih banyak yang ingin dilakukannya dalam bidang seni di Kota Surabaya, termasuk ingin mengisi koleksi beberapa museum di Surabaya. “Sebenarnya saya juga pengen buat gedung kesenian di eks gedung THR, tapi ini masih belum kesampaian,” tegasnya.
“Seperti kata Bung Karno, Jas Merah, jangan sekali-kali meninggalkan sejah. Nah, lukisan ini memotret semua rentetan perjuangan dan peristiwa 10 November 1945. Nanti juga akan dituliskan dilengkapi narasinya, supaya pengunjung mengerti alur cerita dari lukisan ini, termasuk keberadaan Bung Karno (Soekarno),” kata Muit seusai memberikan hibah lukisan kepada Wali Kota Risma.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma juga menceritakan bahwa pada saat masih duduk di bangku SD (Sekolah Dasar), dia adalah penari cilik. Kemudian saat SMP (Sekolah Menengah Pertama) beralih ke atlet dan pada saat SMA (Sekolah Menengah Atas) juga belajar tari Bali. Makanya, dia masih sangat berharap untuk meninggalkan sesuatu dalam bidang kesenian di Kota Surabaya.
“Saya juga renovasi di Balai Pemuda hingga parkirnya dipindah ke ruang bawah tanah, itu saya lakukan supaya anak-anak bisa latihan menari dan kesenian lainnya. Bahkan, halaman Balai Pemuda pun juga sering dijadikan latihan oleh anak-anak, ya tidak apa-apa,” kata dia.
Saat itu, Wali Kota Risma juga mempersilahkan kepada para seniman ini untuk memanfaatkan fasilitas di Taman Ekspresi untuk memamerkan karya-karyanya atau untuk menjadi tempat melukis. Apalagi, di Taman Ekspresi itu sudah ada tempat duduknya untuk melukis dan juga ada tempat untuk menyimpan lukisan. “Jadi, silahkan kalau mau dipergunakan di situ (Taman Ekspresi), itu memang taman untuk menyalurkan ekspresi, nanti perpustakaannya bisa dipindahkan, silahkan dipergunakan sebaik-baiknya,” pungkasnya. (*)