JATIMPOS.CO/SURABAYA – Di tengah kawasan Surabaya Barat yang penuh dengan gedung pencakar langit, hadir sebuah destinasi wisata baru yang menawarkan nuansa tempo dulu.

Kampung Legenda, yang terletak di Lidah Kulon 3, RT 5, RW 2, Kecamatan Lakarsantri, menjadi daya tarik baru bagi warga dan wisatawan yang ingin merasakan suasana sejarah berpadu dengan modernisasi.

Destinasi sepanjang 400 meter ini menghadirkan suasana klasik dengan saung dari sesek dan bambu tempat UMKM menyajikan kuliner khas, mulai dari wedang, ketan, hingga makanan berat yang dapat dinikmati sembari berkeliling.

Di sepanjang jalan kampung, pengunjung juga disuguhkan dengan hiasan lima dimensi berbentuk naga, rusa, dan merak, yang mendukung cerita sejarah lokal seperti legenda Joko Berek atau yang dikenal dengan Sawunggaling, cerita rakyat asal usul Reog Ponorogo dan sebagainya.

Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa merasakan langsung menjadi sosok legenda dengan bantuan teknologi, serta kostum pendukung yang dapat di sewa. Setelahnya, spot foto menarik juga tersedia bagi mereka yang ingin mengabadikan momen atau membuat konten untuk dibagikan di media sosial. Pembuatan video dengan menggunakan kostum legenda bisa didapatkan dengan harga Rp 20 ribu per orang atau Rp 50 ribu untuk satu kelompok.

Ketua RT 5, RW 2, Lidah Kulon Kecamatan Lakarsantri Surabaya sekaligus inisiator Kampung Legenda, Sugeng Heri Kuswanto mengatakan bahwa Kampung Legenda mulai dibuka pada Mei 2024. Berdasarkan sejarah dan letak geografis, Kampung Legenda merupakan tempat bertumbuhnya Joko Berek atau Sawunggaling.

"Sebenarnya tidak hanya sejarah itu saja yang mau kami tunjukan. Tetapi ingin membuat kampung yang bisa menjawab tantangan kegelisahan warganya. Pertama tentang ekonomi, dimana banyak warga yang berdagang tapi hanya terbeli oleh warga sekitar, secara ekonomi pendapatannya hanya segitu saja," ujar Wawan, sapaan akrab Sugeng, Selasa (21/1/2025).

Wawan mengungkapkan, kegelisahan lain yang mendasari terwujudnya Kampung Legenda adalah kurangnya sarana edukasi bagi kaum muda mudi terkait sejarah kotanya. Oleh karena itu, pihaknya menjadikan Kampung Legenda bukan hanya sekedar destinasi wisata tapi juga sarana edukasi sejarah.

"Dari kegelisahan itu, kami mengkonsep satu wilayah yang bisa berdikari secara ekonomi dan berkarya di bidang budaya. Artinya, dengan budaya yang dimiliki memperkenalkan ke anak muda, sehingga mereka bisa belajar dan sekaligus membuat kontennya," terangnya.

Ia menjelaskan, selain keunikan sejarah yang ditampilkan. Pasar UMKM yang dihadirkan juga memiliki keunikan tersendiri, para pembeli yang ingin melakukan transaksi perniagaan harus menukar uangnya dengan kepeng. Hal ini bertujuan agar para pengunjung bisa semakin merasakan nuansa masa lalu.

"Untuk pasar sendiri dibuka di minggu pertama dan ketiga di setiap bulan. Sebenarnya untuk pembayaran menggunakan kepeng masih kami lakukan uji coba dan evaluasi. Nantinya, apa yang paling baik akan kami terapkan, pembayaran menggunakan uang atau kepeng," jelasnya.

Menurutnya, setiap pasar dibuka di akhir pekan suasana Kampung Legenda begitu ramai dan guyup. Tak jarang, warga dan wisatawan berkumpul untuk menikmati suasana kampung sambil menyantap kuliner khas UMKM yang dijajakan di sepanjang gang. Selain menikmati suasana, dihadirkan pula hiburan berupa live musik dan kesenian lokal.

"Terkait pasarnya kami pilih buka di minggu pertama dan ketiga, tapi untuk edukasinya ada setiap hari. Kenapa begitu? Karena kami menggunakan jalan, kalau dipakai setiap hari takutnya menganggu warga yang lain," ujarnya.

Wawan menambahkan, pihaknya berencana akan menambah berbagai spot baru untuk menambah daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Kampung Legenda. Rencana tersebut termasuk mengabungkan wisata antara Lidah Kulon dan Lidah Wetan.

"Kami berharap bisa memiliki Surabaya Barat berbudaya, masing-masing kelurahan menampilkan wisatanya. Kebetulan kampung saya mengangkat Kampung Legenda yang berkembangannya sampai wisata air di waduk slamet, itu project selanjutnya kerjasama kami dengan Pemkot Surabaya sebagai bentuk intervensi," paparnya.

Selain itu, ia berharap perbaikan dan penambahan yang dilakukan nantinya bisa semakin meningkatkan kunjungan wisatawan untuk berkunjung ke Kampung Legenda. Sehingga ekonomi masyarakat semakin berkembang.

"Setelah beberapa berjalan, dampak ke masyarakat sangat signifikan secara ekonomi. Misalnya saja penjual Teh, dalam sehari penghasilannya berkisar Rp 200 ribu tetapi kalau ada acara bisa mencapai Rp 500 sampai Rp 700 ribu. Kedepan semoga yang dirasakan warga semakin berkembang," harapnya.

Terpisah, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya Irvan Wahyudrajad, menjelaskan bahwa Kampung Legenda merupakan bagian dari kampung tematik yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Tujuannya, mengembangkan potensi lokal dan memperkuat sektor ekonomi kreatif.

Saat ini, Kota Surabaya sudah memiliki 44 kampung tematik yang mengedepankan keunggulan, pariwisata dan ekologi. Salah satunya adalah Kampung Legenda.

"Pengembangan Kampung Legenda ke depannya akan meliputi sarana dan prasarana, memperkuat kisah sejarahnya dan menambah ornamen di beberapa sudut. Termasuk pengembangan wisata air di kawasan tersebut," kata Irvan Wahyudrajat.

Irvan menyebut bahwa Pemkot Surabaya melibatkan berbagai sektor termasuk swasta untuk memperkuat kolaborasi dalam pengembangan kampung tematik.

"Harapan kami semakin banyak kampung tematik bermunculan agar dapat berfungsi sebagai penggerak ekonomi lokal melalui produk unggulan yang dimiliki setiap wilayah," pungkasnya. (fred)