JATIMPOS.CO/JEMBER- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim bersama DPRD Provinsi Jawa Timur menggelar wayang kulit di daerah Karangkongan Desa Tegalwangi Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember pada Jum’at malam (14/11/2025)
Wayang kulit kali ini menampilkan dalang Andik Ferry Bisono dengan lakon Hasto Broto Kawedar dengan seluruh kru dari wayang kulit Dewa Budaya Kabupaten Jember.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim Evy Afianasari mengemukakan, pagelaran wayang kulit ini diselenggarakan Oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim Bekerja sama dengan DPRD Provinsi Jawa Timur.
“Ini dalam rangka pelestarian kebudayaan Jawa Timur. Masyarakat utamanya generasi muda, adalah garda terdepan dalam pelestarian budaya. Pelibatan masyarakat lintas generasi merupakan sebagai langkah positif dalam mencapai pemajuan bangsa utamanya dalam aspek sosial dan budaya,” ujarnya.
Dikatakan, Kebudayaan merupakan bagian penting dalam penguatan jati diri dan penguatan karakter bangsa atas dasar nilai – nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Keluhuran warisan budaya bangsa Indonesia ini menggugah mata dunia dan pada akhirnya mengakui bahwa warisan budaya kita sangat luar biasa.
“Semoga melalui kegiatan pagelaran wayang kulit pada hari ini dapat lebih menguatkan komitmen kita dalam mengawal pelindungan dan pengembangan budaya bangsa. Selamat menikmati euforia kegiatan ini. Semoga Tuhan senantiasa membimbing kita untuk menggapai hari esok yang lebih baik dan Jawa Timur yang lebih makmur. Berkarakter dan berakhlak mulia,” pungkasnya.
Hadir pada kesempatan itu anggota DPRD Provinsi Jatim, pejabat Disbudpar Jatim, pejabat Pemkab Jember, Muspika Umbulsari, Kades dan tokoh masyarakat desa Karangkongan.
Hasto Broto
Dalang Andik Ferry Bisono dengan lakon Hasto Broto Kawedar. Dalam kisah Mahabarata, Hasto Broto merupakan wejangan atau petuah Begawan Kesowo Sidi kepada Arjuna, yang berisi delapan perbuatan (Hasto Broto) sebagai pegangan seorang pejabat kerajaan dalam memegang kepemimpinan.
Wejangan diterima Arjuna setelah menerima wahyu Sri Makutho Romo atau wahyu kepemimpinan. Dengan menganalogikan seseorang yang telah menerima SK (wahyu) menjadi pejabat maka menurut pendapat penulis, Hasto Broto ini dapat menjadi bahan referensi dalam memegang tapuk pimpinan.
Ajaran ini mengandung makna apabila seseorang menjadi pemimpin, harus tanggap, tangguh, tanggungjawab dan dapat mengendalikan diri dalam menghadapi sesuatu permasalahan. Oleh karena itu sebagai pemimpin dapat bercermin kepada sifat-sifat alam, berikut:
MATAHARI. Sifat dan watak seorang pemimpin berkacalah pada matahari, yang tidak saja membuat terang dan penyejuk hati rakyat, tetapi yang dilakukan harus ada landasan keberanian memberikan kehidupan, menolong kepada yang hidupnya serba kekurangan, membantu kepada orang yang menghadapi kesulitan, melindungi orang yang sedang dilanda masalah, dan memberikan petunjuk kepada jalan kebaikan tanpa mengabaikan dasar-dasar kebenaran.
BULAN. Merupakan penerang di malam hari. Terang benderangnya memberikan suasana dingin dan tenang, yang menjadi penerang dalam perjalanan, dan menjadi obor dalam kehidupan. Begitu seharusnya seorang pemimpin, berkacalah pada sifatnya bulan. Jangan hanya melihat kondisi rakyat di saat suasananya sedang bahagia.
BINTANG. Bintang menjadi bunganya langit. Begitu pula seharusnya seorang pemimpin, tingkah laku, cara bicara, dan cara pergaulannya harus bisa menjadi bunga atau buah bibir setiap manusia. Kekuatan bunga itu bisa dirangkai dan bisa menjadi penghias.
AWAN. Memiliki sifat adil, artinya kalau sudah saatnya menjadi hujan, tidak pernah melihat tempat, baik di hutan, kota, dan lautan. Begitulah seharusnya seorang pejabat harus berwatak adil. Pada saat menerapkan keadilan, tidak melihat hubungan sanak saudara. Siapa yang harus diadili berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BUMI. Bumi sifatnya tidak merasa dihutangi, apa saja yang datang akan diterima dan tidak pernah menggerutu. Demikian halnya seorang pemimpin harus sering mendengarkan keluh kesahnya rakyat, dan jangan hanya mendengar lewat orang lain.
API. Api memiliki sifat pemberangus. Sebagai pemimpin harus berani memberantas kejahatan, yang akan berbuat keonaran, dan kerusuhan, yang akan membuat huru hara, dan yang akan selalu mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.
AIR. Air itu menjadi pemberi kehidupan. Dimana ada air disitu pasti ada kehidupan. Walau di puncak gunung, di pesisir samudera, atau di rawa-rawa sekalipun kalau ada air pasti ada kehidupan. Yang dimaksud kehidupan tidak hanya untuk manusia, termasuk hewan dan tumbuhan. Oleh karena itu sebagai seorang pemimpin harus dapat memberikan kepada bawahan atau rakyat suatu jalan atau sarana atau "kehidupan" yang memang pantas untuk menerima.
ANGIN. Angin itu sifatnya bisa masuk kemana saja dan campur menjadi satu. Oleh karena adanya tingkatan status kehidupan masyarakat, maka sebagai seorang pemimpin harus dapat mengambil hati kepada siapapun tanpa kecuali. Mereka dalam menjalankan kegiatannya akan merasa terlindungi, terayomi, dan merasa tenteram lahir dan bathin. (red)