JATIMPOS.CO/SURABAYA- Tari Jejer Gandrung menyambut pertemuan Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono dengan Dubes Swiss untuk Indonesia, Timor Leste dan ASEAN Olivier Zehnder di pintu masuk Gedung Grahadi Surabaya, Kamis (22/2/2023).
Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor Leste dan ASEAN Olivier Zehnder bersama rombongan didampingi Pj Gubernur Adhy tampak terpesona menikmati gerak tarian Jejer Gandrung binaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim Bidang Kebudayaan.
Setelah beberapa saat tiga penari gandrung yang berpakaian kuning berselendang merah menampilkan gerak tari, selanjutnya Dubes Swiss bersama Pj Gubernur Adhy menuju ruang pertemuan Gedung Grahadi.
Pada pertemuan itu dibahas beberapa hal terkait penguatan kerjasama yang sudah terjalin di bidang ekomoni serta membahas potensi-potensi perdagangan dan investasi yang bisa ditingkatkan antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan Swiss.
Setelah melakukan pertemuan, Dubes Swiss diantar oleh Pj Gubernur Adhy. Lagi-lagi di pintu keluar keduanya dengan didampingi rombongan menuju kru penari Jejer Gandrung, yang saat itu berdekatan dengan iringan musik gamelan-pengrawit.
Lantunan lagu khas Jawa Timuran diiringi musik gamelan menjadikan suasana semakin nyaman. Dubes Swiss Olivier Zehnder tampak tersenyum sambil sesekali berbicara dengan Pj Gubernur Adhy.
Pj Gubernur Adhy dan Dubes Swiss disambut Tari Jejer Gandrung di pintu masuk Gedung Grahadi Surabaya, Kamis (22/2/2023). foto : Mas Bram-Biro Adpim Pemprov Jatim
---------------------
Selamat Datang
Tari Jejer Gandrung merupakan tari yang diambil dari kesenian Seblang dari Kabupaten Banyuwangi. Kesenian ini menggambarkan ucapan rasa Syukur terhadap hasil bumi yang melimpah.
Dengan berkembangnya waktu, kesenian ini dikemas dan ditampilkan sebagai ucapan "Selamat Datang" kepada tamu kehormatan di Jawa Timur.
Jejer Gandrung itu berasal dari bahasa osing (bahasa asli Banyuwangi). "Jejer" adalah ditampilkan dan "Gandrung" adalah senang. Tari jejer gandrung berasal dari Kemiren yaitu daerah di kaki gunung Ijen. Tari ini dimainkan oleh beberapa remaja putri dengan serasi, elok dan menawan.
Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada.
Sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas.
Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.
Bagian Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. (nam)