JATIMPOS.CO/JOMBANG - Dalam  jaringan  irigasi  teknis,  banyaknya  debit  air  yang  mengalir  kedalam  saluran harus dapat diukur dengan  seksama agar pembagian air dapat dilaksanakan  sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan air tanaman selama pengolahan tanah, pembibitan, pertumbuhan, dan saat pemasakan buah.


Bangunan ukur debit yang biasa digunakan pada umumnya adalah berupa bangunan pelimpah dengan ambang lebar ataupun ambang tajam. Bangunan  ukur  biasanya  difungsikan  pula  sebagai  bangunan  pengontrol.

Kepala Dinas PUPR, Miftahul Ulum ST, MT melalui Sekretaris, Bayu Pancoroadi,ST, MT, Bayu Pancoroadi kepada jatimpos.co mengatakan, kalibrasi alat ukur debit air dimaksudkan  untuk  mendapatkan  taraf  muka  air  yang  direncanakan  dan  untuk mengalirkan air dengan debit tertentu sesuai kebutuhan.

Lanjutnya, pengaliran pada bangunan pengontrol dilakukan dengan cara melalui atas bangunan (melimpah/overflow) atau  melalui bawah  pintu/celah. Kondisi  hidrolik ini dimanfaatkan  dalam  desain  dan  perancangan  pintu pintu air, yang semuanya didasarkan pada  sifat aliran  sempurna.
Jika  ternyata aliran  yang  terjadi bukan aliran sempurna, maka  dalam  aplikasinya  dalam  menentukan  besaran debit aliran  pintu pintu tersebut harus diberi tabel tabel koreksinya.

“Dalam  pelaksanaan  pembuatan  bangunan  ukur  pada  jaringan  irigasi  disarankan menggunakan dua  jenis bangunan ukur saja untuk mempermudah dalam eksploitasi dan pemeliharaannya,” imbuhnya.

Pada  bangunan  bagi menggunakan  kombinasi  dua  bangunan  ukur  yaitu bangunan pintu  sorong dan ambang  lebar  yang dimaksudkan untuk mendapatkan  taraf muka air  tertentu  yang direncanakan dan  untuk mengalirkan debit  aliran dengan besaran tertentu.

Bangunan ukur ambang  lebar yang umumnya ada pada saluran  irigasi di Kabupaten Jombang disamping mudah dalam pelaksanaannya bangunan  ini  juga sangat kokoh. Hubungan  debit  dengan  tinggi  muka  air  di  hulu  dan  di  atas  ambang,  akan mempermudah pembacaan debit secara  langsung dari papan duga  (peil scale) tanpa menggunakan tabel-tabel debit.

“Selain melalui bangunan ukur ambang  lebar untuk mengetahui besarnya debit suatu saluran, salah satu cara yang dilakukan oleh Dinas PUPR Kabupaten Jombang adalah dengan  cara  melakukan  pengukuran  langsung.  Adapun  peralatan  yang  digunakan untuk mengukur debit aliran adalah dengan menggunakan current meter. Debit aliran dapat diperoleh melalui pengukuran kecepatan dan luas tampang aliran. Pengukuran debit aliran pada suatu saluran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumber daya air guna keperluan irigasi, rekayasa dan rekreasi,” urainya.

Karakteristik saluran yang berbeda-beda menimbulkan permasalahan terhadap usaha pengukuran  debit  aliran. Hal  ini  diantaranya  disebabkan  alat  ukur  kecepatan  aliran (current  meter)  tidak  selalu  tepat  digunakan  untuk  tipe  saluran  tersebut.  Current meter yang diproduksi pabrik memiliki keterbatasan kisaran kecepatan minimal yang harus  dipenuhi.  Selain  itu minimnya  keterampilan  operator  juga menjadi  hambatan bagi keberhasilan pengukuran.

Current  meter  yang  dirancang  dan  dibuat  membutuhkan  pengujian.  Pengujian dilakukan  agar  unjuk  kerja  alat  dapat  diketahui. (her)