JATIMPOS.CO//SURABAYA - Peranan Bu Mantik (Ibu Pemeriksa Jentik Nyamuk) sempat menjadi sentral dalam topik bahasan yang diangkat moderator setelah foto seorang kader Bumantik berkelebat di seminar internasional, dimana Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi salah satu nara sumbernya.
Seminar bertajuk Peran Pemimpin Lokal dalam Merespon Serangan Terorisme, digelar secara online oleh The International Institute for Justice and the Rule of Law (IIJ).
Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma bersanding satu panel dengan dua narasumber yakni Direktur Unit Anti-Radikalisasi Pemerintah Kota Brussels Belgia, Hadeline Feront, dan Manajer Strong Cities Network (SCN), Inggris bernama Marta Lopes.
" Mereka kami rekrut, dengan tujuan ganda, selain untuk memantau jentik-jentik nyamuk, juga mengawasi tuan rumah yang gelagatnya mencurigakan," ungkap Risma.
Sebenarnya, kegiatan tersebut dilaksanakan pada 11–13 Maret 2020 lalu di Malta. Namun, karena pandemi Covid-19 ditunda dan diputuskan berlangsung via daring, sehingga Wali Kota Risma memberikan paparannya di rumah dinas Wali Kota Surabaya, Kamis (30/7/2020).
Dalam seminar itu, Wali Kota Risma memaparkan peran Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam menangani kasus bom yang terjadi pada tahun 2018 silam. Menurutnya kejadian waktu itu membuat warga maupun pemerintah merasa sangat terpukul.
“Padahal Surabaya dikenal kota yang aman dan tentram. Apalagi menurut survey tingkat kepuasannya masyarakat cukup tinggi. Itu yang membuat kami traumatik warga maupun pemerintah,” kata Wali Kota Risma.
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya menjelaskan pihaknya langsung berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Surabaya, Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) serta tokoh agama untuk sama-sama menyelesaikan persoalan.
Khusus untuk anak para pelaku pengeboman didampingi oleh psikolog dari universitas islam. Hal itu untuk menghilangkan rasa traumanya. “Selain di healing traumanya, juga di deradikalisasi sudut pandangnya,” tegas dia.
Menariknya, saat paparan terlihat foto Ibu Pemantau Jentik (Bu Mantik) ikut dalam upaya penanganan kasus terorisme. Hal tersebut mengundang rasa penasaran dari audience, moderator bahkan narasumber pun ikut menyampaikan pertanyaan. Para penanya itu ingin tahu sejauh apa peran Bumantik dalam menangani kasus teroris.
“Sebenarnya ide saya yang ingin menggerakkan seluruh sumber daya yang ada. Apalagi jumlahnya sangat banyak (22.000 kader). Tujuan dikerahkannya Bu Mantik adalah karena mereka punya hubungan baik dan yang bisa masuk-masuk ke rumah,” paparnya.
Oleh karena itu, Wali Kota Risma juga meminta tim Bu Mantik melakukan pemantauan apabila di rumah warga ditemukan benda-benda atau atribut yang tidak biasanya. “Nah itu saya memanfaatkan. Jika menemukan hal yang mencurigakan saya minta langsung kontak ke kami (Pemerintah Kota),” kata dia.
Mendengar itu, para audience terkagum-kagum melihat pendekatan inovatif Wali Kota Risma dalam mengatasi radikalisme. Bahkan terkait kerjasama dengan IDI, Persi, maupun para tokoh masyarakat, nara sumber yang lainnya menilai Pemkot Surabaya tampak begitu mudah berkoordinasi bila dibandingkan dengan kota-kota besar lain di dunia. (*).