JATIMPOS.CO//SURABAYA- Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya Yuniarto Herlambang menyatakan menjelang Hari Raya Idul Adha 1441 H pihaknya akan melakukan pemeriksaan kesehatan hewan kurban yang dijual pedagang dari luar kota Surabaya secara ketat untuk memastikan daging hewan kurban itu layak dikomsumsi warga kota Surabaya.
Hal tersebut disampaikan Yuniarto Herlambang kepada para awak media Pokja Wartawan DPRD Surabaya di kantor DKPP Surabaya Jl.Pagesangan II/56 Jambangan Surabaya Sabtu 11/7/2020.
“Tidak hanya pada kesehatan hewan korban, pemeriksaan kesehatan juga dilakukan terhadap asal hewan korban dan pedagangnya,” tegas Herlambang meyakinkan.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim DKPP Surabaya kata Herlambang akan dilakukan mulai tgl.13 Juli 2020 sampai dengan tgl 31 Juli 2020 mendatang.
Pengawasan tersebut dilakukan untuk menjaga agar hewan yang dipotong sehat dan dagingnya layak dikonsumsi manusia.
Menurut Herlambang pemeriksaan hewan korban akan dilakukan secara masif dan serentak dan sebanyak mungkin disentra-sentra penjualan hewan kurban di kota Surabaya.
Sedangkan tim yang akan diterjunkan sebanyak 60 personil yang akan disebar masing-masing di Surabaya Barat, Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan dan Surabaya Pusat.
Sebagai pelaksana teknis DKPP Surabaya akan mendatangi titik-titik hewan kurban dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Para penjual hewan kurban akan menfapatkan kartu hadir pemeriksaan hewan kurban dan kartu tersebut kata Herlambang juga dapat dipergunakan sebagai jaminan bagi masyarakat yang akan membeli hewan kurban.
“Sedangkan bagi hewan yang sakit akan diberi tanda khusus atau di pilog serta disarankan untuk tidak dijual,” jelas Herlambang menambahkan.
Perihal asal usul hewan kurban dan pedagangnya, Herlambang mengungkapkan, para pedagang hewan kurban sebagaian besar berasal dari luar kota Surabaya,sedangkan untuk hewan kurbannya sapi biasanya berasal dari :Pasuruan , Probolinggo, Bondowoso, Banyuwangi, Bojonegoro, Nganjuk, Kediri dan Madura.
Sedangkan untuk hewan kurban kambing dipasok dari Gresik, Sidoarjo dan Blitar.
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya untuk kesehatan hewan kurban tidak ditemukan penyakit yang terlalu fatal atau membahayakan. Biasanya hanya luka-luka ringan akibat perjalanan yang berganti-ganti angkutan dan iritasi mata karena kena angin serta diare.
Hewan yang sehat kata Herlambang bisa dikenali dari penampilan fisiknya,seperti kulitnya mulus tidaj kusam,matanya bersih tidak ada kotoran,cuping hidung lembab,serta gerakan tubuhnya lincah tidak lemas.
Herlambang menegaskan pihaknya akan melakukan pengawasan ketat terhadap hewan kurban dari luar Jatim terutama dari propinsi/daerah yang menjadi endemik penyakit antrak seperti dari Jateng, Jabar ,Bali dan NTB.
Propinsi Jatim yang menjadi lumbung ternak utama Nasional sampai sekarang bebas antrak.
“Kami melarang para pedagang menerima hewan kurban dari daerah endemik.Pemeriksaan dilakukan dichekpoint diperbatasan propinsi oleh Tingkat 1,”pungkas Herlambang.(tot)