JATIMPOS.CO//SURABAYA- Puncak Peringatan HUT ke-78 Provinsi Jatim berlangsung di Gedung Grahadi Surabaya, Kamis (12/10/2023). Meriahnya acara tersebut dengan atraksi Kolaborasi Tari Jatim Harmoni dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim dibawah binaan DR. Hudiyono, M.Si.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wagub Emil Elestianto, seluruh Forkopimda Jatim dan para Kepala OPD di lingkungan Pemprov Jatim hadir dan turut menyaksikan atraksi tersebut.
Ratusan undangan menemuhi halaman Gedung Grahadi untuk menyaksikan moment kebahagian HUT ke-78 Provinsi Jawa Timur tersebut.
Pada atraksi itu dengan narasi keragaman budaya Jawa Timur, mulai dari barat dengan potensi Mataraman, sampai dengan ujung timur dengan budaya osing, adalah Anugerah Tuhan yang patut kita syukuri, sebagai potensi kekayaan Budaya Jawa Timur.
Keragaman itu harus dijaga untuk saling melengkapi, menjadi harmoni dalam menjaga nilai-nilai kultural penuh makna, sekaligus menjadi bagian dari daya tarik wisata indonesia khususnya provinsi jawa timur.
Tari Jatim Harmoni, menampilkan beberapa kesenian tradisional Jawa Timur,
diantaranya yang sudah ditetapkan sebagai sebagai Warisan Budaya Tak Benda, diantaranya : Kerapan Sapi dari Madura, Ditetapkan Tahun 2013; Ronteg Singo Ulung dari Bondowoso, Tahun 2015; Barong Kucingan Jaranan Trill dari Blitar, Tahun 2021 dan Thengul dari Bojonegoro, Tahun 2018;
Atraksi Kolaborasi itu juga didukung dengan kesenian Tari Boran dari Lamongan dan Barong Prejeng dari Banyuwangi
Adapun Sutradara : Arif Rofiq, Asisten Sutradara : Abing Santosa. Penata Musik : Suparman. Pelatih : Aca, Alfinda, Riyan, Nunuk, Ulfa, Dan Frandika. Tim Kreatif : Sukatno - Surabaya; Eko - Banyuwangi; Purnomo, Ninin Dan Kris - Lamongan; Deni - Bojonegoro; Maulana Hasbi - Pamekasan, Dimas - Blitar; Andre - Bondowoso. (zen)
Dari Banyuwangi hingga Blitar
PADA Puncak Peringatan HUT ke-78 Pemprov Jatim menampilkan atraksi “Tari Jatim Harmoni” yakni beberapa kesenian tradisional Jawa Timur, diantaranya yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda, yakni :
Kerapan Sapi dari Madura, Ditetapkan Tahun 2013; Ronteg Singo Ulung dari Bondowoso, Tahun 2015; Barong Kucingan Jaranan Trill dari Blitar, Tahun 2021; Thengul dari Bojonegoro, Tahun 2018; Dan juga didukung dengan kesenian : Tari Boran dari Lamongan, Barong Prejeng dari Banyuwangi.
Berikut ini yang ditampilkan dan narasinya :
Barong Prejeng
Kita menyaksikan Barong Prejeng dari Banyuwangi, Barong Prejeng adalah kesenian yang mewakili etnik osing diujung Timur Provinsi Jawa Timur. Kesenian ini biasanya ditampilkan dalam perayaan ider bumi sebagai ikhtiar masyarakat agar dijauhkan dari segala mara bahaya.
Penampilan kesenian yang berfungsi sebagai tolak balak ini dimaksudkan agar Jawa Timur tetap menjadi aman tentram dan menjadi destinasi kunjungan para wisatawan yang nyaman dan membahagiakan.
Tari Boran dan dibelakangnya kesenian Singo Wulung, didepannya Tari Kerapan Sape di Grahadi, Kamis (12/10/2023)
-------------------------------------------
Singo Wulung
Inilah kesenian Singo Wulung sebuah kesenian yang menggambarkan binatang singa yang selalu bergerak sangat atraktif dan energik dari Kabupaten Bondowoso.
Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam cerita Singo Ulung berupa nilai kepribadian, nilai religiusitas, dan nilai sosial. Nilai kepribadian yang terkandung di dalamhya berupa keberanian hidup, tanggung jawab, dan kesetian. Sedangkan nilai religiusitas yang terkandung dalam cerita Singo Ulung adalah manusia yang selalu ingat kepada Tuhan dan ketaatan manusia terhadap Tuhan.
Tari Thegul
Selanjutnya inilah Tari Tengol Dari Bojonegoro yang terispirasi dari wayang thengul mewakili wilayah barat Jawa Timur. Kesenian wayang seperti wayang purwo berkembang hampir diseluruh Jawa Timur, namun beberapa jenis lainnya seperti wayang tengul, wayang beber, dan wayang krucil perlu diperkenalkan pada generasi generasi Z.
Tari thengul adalah cara mengenalkan kembali wayang thengul sebagai warisan budaya lokal yang harus tetap lestari. tarian ini pernah ditampilkan di Istana Negara secara kolosal pada perayaan Kemerdekaan RI 17 Agustus Th 2019
Tari Boran
Inilah Tari Boran dari Kabupaten Lamongan, tarian yang menggambarkan keuletan dan semangat para wanita dalam rangka ikut serta meningkatkan ekonomi domistik dalam keluarganya.
Dalam penampilan kali ini, tarian yang menggambarkan para emak-emak yang berjualan nasi boran ini merepresentasikan dari semangat kerakyatan dalam rangka ikut andil dalam memajukan ekonomi kerakyatan di Jawa Timur. tarian ini menjadi juara umum Tingkat Nasional di Jakarta pada Tahun 2007.
Setiap gerakan dalam Tari Boran ini menggambarkan aktivitas para penjual nasi boran pada jaman dahulu, mulai dari menyiapkan makanan sampai menjualkannya kepada pelanggan.
Tari Barong Kucingan
Selanjutnya inilah Tari Barong Kucingan dari Blitar, kesenian barong kucingan adalah bagian dari jaranan trill yang berkembang diwilayah budaya agraris Jawa Timur bagian selatan.
Kesenian jaranan berkembang sangat pesat di Jawa Timur mulai dari Trenggalek, Tulunggagung, Kediri, Blitar, Malang, sampai Banyuwangi. dan barongan kucingan saat ini menjadi sangat digemari para kaum muda. ini sangat membanggakan karena seni tradisi kita akan tetap lestari selamanya.
Tari Kerapan Sape
Inilah Tari Kerapan Sapi yang diiringi dengan Musik Ul Daul dari Pamekasan Madura. Musik ul daul adalah musik perkusi yang memberikan energi semangat kita semuanya. Musik ini terlahir dari semangat para pemuda Madura ketika daerahnya gelap tanpa penerangan karena aliran listrik terputus dari pusat.
Tari kerapan sapi adalah gambaran dinamika budaya masyarakat Madura dinamis dan pantang menyerah, budaya ini menginspirasi kita semua masyarakat Jawa Timur untuk terus bekerja keras untuk memajukan Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi yang Gemah Ripah Loh Jinawe Toto Tentrem Karto Raharjo. (zen)