JATIMPOS.CO/BONDOWOSO - Siapa yang tidak kenal dengan kawah wurung yang terletak di Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso. Selain banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara, ada hal unik yang perlu kita ketahui.

Konon sejarah terbentuknya kawah wurung yang diperkirakan sudah berusia ratusan yang lalu, bahkan sebelum adanya hunian atau kehidupan masyarakat seperti sekarang ini.

Perlu diketahui, kawah wurung merupakan salah satu volcanic cone yang terbentuk dari hasil erupsi freatomagmatik dan monogenetik (dikontrol oleh satu fase proses erupsi) yang terjadi ketika magma mengalami kontak dengan lapisan batuan yang jenuh air.

Kontak tersebut juga menghasilkan uap dengan tekanan tertinggi, kemudian terjadi erupsi. erupsi tersebut akan menghasilkan energi yang cukup besar sehingga menghasilkan endapan seruakan (base surge) yg sangat dominan hingga akhirnya terbentuk kawah wurung seperti saat ini.

Kawah wurung juga memiliki arti dalam bahasa jawa, kata wurung artinya gagal atau tidak jadi, sehingga Kawah Wurung mempunyai arti kawah yang tidak jadi terbentuk.

Di tepi kawah atau kaldera kosong di Kawah Wurung ini dikelilingi pohon dengan bentuk melingkar seperti cekungan, ketinggian Kawah Wurung sendiri berada pada sekitar 1500 mdpl, oleh karena itu udara yang ada di sekitar kawah akan terasa cukup dingin.

Keindahan Kawah Wurung seringkali disamakan dengan Bukit Teletubbies yang ada di Bromo atau bahkan rerumputan di Selandia Baru.

Pemandangan di sepanjang Kawah Wurung penuh dengan rumput ilalang hijau yang dapat dilihat dan dinikmati oleh pengunjung ketika musim penghujan.

Namun ketika musim kemarau, rumput-rumput hijau berubah menjadi kekuningan dan terkadang juga menjadi berwarna merah muda.

Dari sejarah dan keindahan kawah wurung, kini wisata kawah wurung sudah menjadi salah satu bagian di Bondowoso yang diakui internasional dan mendapat sertifikat oleh Unesco Global Geopark (UGG) di Maroko sebagai Ijen Geopark.

Ijen Geopark wilayah Bondowoso memiliki warisan geologi berupa kaldera terluas di Jawa, dimana kurang lebih 70.000 tahun yang lalu gunung Ijen Purba mengalami letusan super eksplosif yang membuat dapur magma kosong dan menyisakan morfologi sebuah kaldera luas dan disertai dengan kemunculan 22 anak gunung di dalam dan tepi kaldera.

Delineasi Ijen Geopark wilayah Bondowoso meliputi 14 Kecamatan dan memiliki 10 Situs Geologi, 2 Situs Biologi, 3 Situs Budaya Benda dan 2 Budaya Tak Benda.

Saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bondowoso gencar melakukan pengembangan Geowisata melalui konsep Geopark yang menarik banyak minat wisatawan.

Pengembangan Konsep Geopark merupakan konsep pengembangan yang bersifat multidimensi dan multidisiplin sehingga dalam pengembangannya perlu sinergi seluruh pihak baik Pemerintah, Swasta dan masyarakat Bondowoso.

Serta dikelola untuk keperluan konservasi, edukasi, dan pembangunan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan dengan keterrlibatan aktif dari masyarakat dan pemerintah daerah sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap bumi dan lingkungan sekitarnya. (eko)