JATIMPOS.CO/BANYUWANGI - Ketika menyebut Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur selalu identik dengan ritual Keboan. Tradisi yang disebut telah turun temurun lintas generasi itu telah sukses diritualisasikan pada Minggu, 23 Juli 2023.

Catatan yang dihimpun media ini bahwa tradisi adat Keboan yang digelar masyarakat Osing - suku asli Banyuwangi - itu selalu digelar setiap tahun ketika datangnya bulan Suro atau Muharram.

Pukul 07.00 WIB, tradisi ritual Keboan diawali dengan acara menggelar selametan di sudut - sudut jalan desa. Sedangkan para warganya mengenakan busana serba hitam yang identik dengan warna tubuh kerbau.

Ketika acara selamatan usai, sejumlah warga yang berpakaian serba hitam itu 'ujug - ujug' mengalami intrance alias kesurupan sembari menari - nari di tengah suara menghentak rancak dari gamelan pentatonis yang ditabuh. Mereka kehilangan kesadaran, bermandi keringat serta dengan sorot mata tajam. Mereka disebut telah 'kerasukan' roh leluhur.

Tradisi dari menit ke menit semakin unik sekaligus terasa magis. Kemudian mereka yang berpakaian serba hitam itu ngubengi atau berkeliling kampung sembari mberot - mberot, meronta layaknya seekor kerbau.

Selanjutnya, replika patung kerbau yang disebut Keboan itu diarak berkeliling kampung sembari diiringi gamelan khas suku Osing. Kemudian replika 'Kebo' yang diusung oleh warga itu menuju ke salah satu titik, yakni di halaman Desa Aliyan. Kemudian para Keboan itu langsung menuju kubangan lumpur layaknya perilaku kerbau.

Ritualpun semakin memuncak rasa magisnya. Itu ditandai dengan aksi sejumlah warga yang ndadi atau kerasukan roh leluhur di desa itu.

Informasi yang diperoleh, justru puncak ritual adalah ketika Kepala Desa Aliyan, Anton Sujarwo, SE itu melakukan aksi bak seorang matador dari negeri Spanyol. Yakni, orang nomor satu di desa itu tetiba naik ke punggung replika Keboan yang diusung ratusan warga sembari menggenggam pecut kemudian melecutkannya seakan merobek udara dan membelah langit. Ribuan massa yang hadir menonton itu bergemuruh, memekik dan berteriak lantang menyambutnya.

Kepala Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur, Anton Sujarwo, SE usai acara adat tersebut menuturkan bahwa pihaknya mengucapkan matur nuwun utamanya kepada seluruh masyarakat Desa Aliyan tanpa terkecuali. “Terima kasih atas semangat, kebersamaan, kebersatuan antara pemimpin dengan yang dipimpin,” ujarnya.

Lanjut Anton, lagi - lagi pihaknya matur nuwun atas semangat seluruh masyarakat Aliyan yang tak pernah lelah. Saling menjaga dan selalu merawat kebersamaan. Yang selalu menyinkronkan, menyelaraskan serta menomorsatukan kerukunan antar sesama warga.

Anton yakin bahwa gelaran adat Keboan di Desa Aliyan itu sebagai bentuk nyata 'nyawiji' atau posisi tak berjarak menyatunya antara pemimpin dengan yang dipimpin.

"Nyawiji itu satu jiwa, satu ritme. Posisi yang tak pernah berjarak," ucapnya.

Lebih jauh Anton berucap bahwa gelaran tahunan adat Keboan di desanya itu juga sangat berimbas positif terhadap geliat ekonomi masyarakat desa. Salah satu fakta bahwa ekonomi bertumbuh karena jauh sebelum ritual itu digelar, telah tertata lapak - lapak kuliner bazar yang menjajakan beragam makanan dan minuman khas Desa Aliyan.

"Semoga lapak - lapak yang dikelola masyarakat di desa itu akan semakin tumbuh dan berkembang. Akan terus progres pada tahun - tahun mendatang," terang orang nomor satu di Desa Aliyan itu memungkasi. (ren)