JATIMPOS.CO, KABUPATEN JEMBER - Program distribusi insentif untuk para pengajar mengaji di Desa Kraton, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember, sudah dilakukan, Selasa (07/10/2025).
Distribusi dana ini mendapat respons baik, berkat penerapan metode 'jemput bola' yang mempermudah penerima.
Insentif ini disediakan secara langsung oleh Pemerintah Kabupaten Jember bekerja sama dengan Bank Jatim, yang membawa layanan distribusi hingga ke desa.
Kepala Desa Kraton, Agus Priyanto menyatakan bahwa langkah ini merupakan ungkapan penghargaan dan dukungan pemerintah setempat kepada para pendidik agama.
Ia menambahkan bahwa skema 'jemput bola' yang diterapkan oleh Bank Jatim disambut dengan positif oleh masyarakat. Mengingat jarak dari Desa Kraton ke kantor Bank Jatim sekitar 8 kilometer, distribusi di desa ini sangat mengurangi waktu dan biaya transportasi yang diperlukan oleh para guru ngaji.
"Kami ingin mengucapkan terima kasih khusus kepada Gus Bupati (Bupati Jember) yang telah memfasilitasi dan mewujudkan penyaluran insentif ini dengan cara yang sangat memudahkan penerima," ujar Agus.
Namun, Agus menjelaskan bahwa meski proses distribusi berjalan dengan baik, ada kendala yang muncul akibat ketidakhadiran seorang guru ngaji pada hari pembagian.
"Kami mencatat bahwa ada satu guru ngaji yang tidak mengambil insentifnya hari ini. Kami belum mengetahui dengan jelas penyebabnya, apakah karena undangan tidak sampai atau ada keperluan lain," imbuhnya.
Pihak desa akan segera bertindak dengan berkoordinasi bersama RT/RW setempat. Pemerintah desa memastikan bahwa dana insentif tersebut tidak akan hangus.
Dana tersebut akan tetap disimpan di Bank Jatim, dan guru ngaji yang bersangkutan diminta untuk mengambilnya secara pribadi, karena dana itu tidak boleh diwakilkan kepada siapapun.
Desa Kraton memiliki lebih dari 75 guru ngaji. Namun, tidak semua nama tercantum dalam daftar penerima insentif kali ini. Hal ini disebabkan oleh proses validasi yang ketat yang dilakukan oleh pihak desa. Validasi dilakukan berdasarkan jumlah santri atau siswa yang diajarkan oleh setiap guru.
"Beberapa guru ngaji tidak lolos validasi karena jumlah santri yang mereka ajar tidak memenuhi standar atau kuota yang ditetapkan. Kami mengambil langkah ini untuk menghindari masalah di masa yang akan datang, sebab ada yang hanya memiliki dua atau tiga santri," pungkasnya.
Distribusi insentif ini diharapkan dapat memotivasi para guru ngaji di Desa Kraton untuk terus berkomitmen dalam menumbuhkan pendidikan beragama bagi masyarakat. (Ari)