JATIMPOS.CO/JOMBANG - Kedelai bisa dikatakan sebagai tanaman palawija yang memiliki peran sangat penting bagi masyarakat. Selain karena penggunaannya yang luas juga karena manfaatnya yang besar.

Konsumsi komoditi ini di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Bisa dilihat dari adanya industri kecap, tahu-tempe, susu, tauco dan pakan ternak adalah industri yang menggunakan kedelai dalam jumlah paling besar. Saking tingginya kebutuhan dalam negeri akan komoditi ini bahkan produksi petani belum dapat memenuhi jumlah yang dibutuhkan.

"Oleh sebab itu, kedelai termasuk jenis komoditas yang masih impor. Luas tanam Kedelai di Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang pada MT3 tahun 2021 seluas 670 Ha yang tersebar di 10 desa. Saat ini umur kedelai sudah berkisar 45 s/d 65 HST. Varietas yang ditanam di kecamatan Kesamben kebanyakan adalah varietas Anjasmoro," ungkap PPL Kecamatan Kesamben, Nizarul Fauzi, SP.

Lanjut Nizarul Fauzi, Varietas Anjasmoro merupakan varietas unggul yang memiliki daya hasil 2,03-2,25 t/ha, tahan rebah, polong tidak mudah pecah dan moderat terhadap karat daun.

"Umur tanaman sekitar 78 hari. Hari ini petugas dari Balai Besar Peramalan Orgnisme Pengganggu Tumbuhan, Nanar Cahyana bersama Petugas POPT dan Penyuluh Pertanian BPP Kesamben melakukan pengamatan OPT pada tanaman Kedelai," terangnya.

Hasil pengamatan hampir di semua areal masih relatif aman, beberapa lokasi ada serangan OPT tikus tingkat ringan dan di Kelompok tani Patuk mulai ada populasi Kutu Kebul (Bemisia tabaci). Tanaman kedelai yang terserang kutu kebul daunnya menjadi keriting dan apabila serangan parah disertai dengan infeksi virus, daun menjadi keriting berwarna hitam dan pertumbuhan tanaman terhambat.

Ekskreta kutu kebul menghasilkan embun madu yang merupakan media tumbuh cendawan jelaga, sehingga tanaman terserang tampak berwarna hitam. Kehilangan hasil akibat serangan hama kutu kebul dapat mencapai 80%, bahkan pada serangan berat dapat menyebabkan puso (gagal panen). 

Pengendalian kutu kebul pada tanaman kedelai oleh petani sering mengalami kegagalan. Untuk mengantisipasi serangan hama ini perlu diketahui biologi, tingkat kerusakan, kehilangan hasil, dan cara pengendalian di tingkat petani sebagai dasar untuk menyusun strategi pengendalian yang tepat. Pengendalian hama kutu kebul dapat dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menggunakan komponen pengendalian yang kompatibel termasuk waktu tanam, varietas tahan, musuh alami, aplikasi pestisida berlandaskan pada azas ekologi dan ekonomi. Dengan pendekatan PHT diharapkan pengendalian kutu kebul lebih efektif. (her)