JATIMPOS.CO/TUBAN – Dalam waktu dekat pengurus cabang PGRI Tuban di seluruh kecamatan akan dirombak alias ada restrukturisasi. Proses peremajaan pengurus tidak akan memakan waktu lama. Namun, rencananya akan dilaksanakan setelah pelantikan Bupati/Wabup Lindra – Riyadi.

Mengenai tenaga atau sumber daya manusianya (SDM), nantinya diisi oleh guru yang memiliki kompetensi dan berdaya juang tinggi. Demikian ini disampaikan Ketua PGRI Kabupaten Tuban Witono dalam wawancara santai di rumah makan pada akhir pekan ini.

“Reorganisasi akan menyasar semua pengurus cabang 20 kecamatan dan 1 cabang khusus Unirow,” kata Witono yang menahkodai PGRI Tuban masa bakti 2020-2025.

Bikrokrat senior yang juga menjabat Sekretaris Dinas Pendidikan Tuban mengungkapkan rencananya jadwal akan dimulai pada minggu kedua sampai ketiga Juli 2021 mendatang. Namun persisnya jadwal maupun rundown acara masih disusun. Dikabarkan sehari merombak pengurus di dua cabang PGRI. Proses ini diharapkan melahirkan generasi pengurus yang memiliki keinginan tulus dan luhur meneruskan perjuangan sesuai falsafah lahirnya PGRI pada 25 November 1945.

“Kami akan berusaha menggali potensi-potensi guru yang memiliki kualitas dan kapabilitas dalam meneruskan cita-cita perjuangan PGRI,” ujar Pak Wito sapaan akrabnya.

Menjadi poin penting, lanjut dia, bila secara bertahap program kerja yang digagas oleh PGRI bisa diakomodir dan diaktualisasikan oleh pengurus baru di setiap cabang PGRI. Tentunya secara bersama dan massif program kerja prioritas membutuhkan SDM yang tangkas.

Masih kata Witono, bahwa PGRI Kabupaten Tuban masih memiliki segudang pekerjaan rumah yang harus perlahan dituntaskan. Di antaranya, dia menyebut, mengusahakan para guru/pegawai tidak tetap yang tidak memiliki jaminan kesehatan padahal pengabdiannya lama. Selain itu, mendorong dan mendampingi pengembangan profesi. Kondisi ini menurutnya harus menjadi prioritas kerja dan dicari langkah strategis untuk memberi rasa perhatian kepada para pengabdi pendidikan.

Witono tidak menampik ini bagian dari tantangan dalam mengabdi dan mengelola organisasi perjuangan guru. Sejalan dengan itu ke depan dibutuhkan tekad kuat oleh segenap pengurus yang terlibat di PGRI.

“Harus guru yang mau diajak berjuang. Mampu membangun sinergitas, ada sambung rasa,” ungkapnya.

Berikut secuplik perjalanan tentang organisasi PGRI. Seperti diketahui PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.

Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.

Pernah, pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas. 

Singkatnya, setelah melalui dinamika yang panjang dengan Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24 – 25 November 1945 di Surakarta. Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan. 

Mereka adalah – guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan  Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945  Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan. 

Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tangan bau mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan : 

  1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia 
  2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan. 
  3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya. 

Jiwa pengabdian, tekad perjuangan dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia. Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, PGRI tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen, dan tidak berpolitik praktis. 

Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun. (min)