JATIMPOS.CO – Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tuban Tuban Rofiq Isa Mansyur menyebut puncak musim kemarau akan terjadi Oktober mendatang. Akibatnya sejumlah wilayah di Tuban terjadi krisis air.
Rofiq menjelaskan intensitas hujan yang berkurang sejak Juni hingga Agustus mengakibatkan sejumlah wilayah di Tuban mulai terdampak kekeringan. Meski beberapa kali turun hujan hal ini disebabkan terjadinya anomali. Dimana pertemuan dua massa udara akibat suhu muka laut disekitar Indonesia yang masih hangat, dan berdampak pada belokan angin.
"Pada September anomali akan berkurang, sehingga cuaca didominasi cerah dan cerah berawan," kata Rofiq saat dihubungi melalui ponselnya, Selasa (01/09).
Dijelaskan Rofiq, pada Agustus terjadi peningkatan suhu udara. Lalu pada September - Oktober ini akan menjadi puncaknya kemarau di wilayah Tuban. Sementara sampai saat ini kekeringan sudah terjadi di Kecamatan Grabagan, Kerek, Montong bagian selatan, Singgahan bagian utara, dan Bangilan timur laut.
“Kekeringan akan terus berlanjut di sejumlah wilayah di Kabupaten Tuban,” ungkapnya.
Selain dampak kekeringan potensi terjadinya kebakaran juga tinggi, maka dia mengimbau agar masyarakat tetap diminta waspada. (min)