JATIMPOS.CO/BOJONEGORO - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro terus menunjukkan komitmennya dalam memperluas akses air bersih bagi warga.

Melalui kolaborasi dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Bojonegoro (Unigoro), sebanyak 76 unit Instalasi Pemanenan Air Hujan (IPAH) telah dipasang di 19 desa yang tersebar di 7 kecamatan.

Program ini didukung oleh berbagai pihak, termasuk Ademos, PT Asri Dharma Sejahtera (ADS), dan Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dinpora) Bojonegoro.

Pemasangan IPAH terbagi dalam dua jenis: IPAH pribadi berkapasitas 1.200 liter dan IPAH komunal berkapasitas 2.000 liter.

Rinciannya, di Kecamatan Kedungadem, 10 unit IPAH pribadi dipasang di Desa Kedungadem atas dukungan Ademos.

Sementara di Kecamatan Gondang, total 23 unit IPAH dipasang di enam desa: Gondang, Senganten, Sambongrejo, Krondonan, Jari, dan Pragelan. Sebanyak 13 unit berasal dari Ademos, dan 10 unit dari PT. ADS.

Kecamatan Tambakrejo menjadi penerima terbanyak dengan 26 unit IPAH. Enam unit di antaranya merupakan IPAH komunal dari Dinpora yang dipasang di GOR Tambakrejo, sedangkan sisanya berasal dari dukungan PT ADS dan dipasang di Desa Jatimulyo, Kalisumber, Gamongan, dan Malingmati.

Di Kecamatan Sekar, 9 unit IPAH pribadi dipasang di Desa Bareng dan Miyono. Sedangkan masing-masing 3 unit IPAH juga dipasang di Desa Sugihwaras (Kecamatan Ngraho) dan Desa Meduri (Kecamatan Margomulyo).

Ketua LPPM Unigoro, Dr. Laily Agustina Rahmawati, S.Si., M.Sc., menyampaikan bahwa program ini merupakan bentuk nyata kolaborasi perguruan tinggi bidang pengabdian kepada masyarakat untuk masyarakat Bojonegoro. Air bersih adalah kebutuhan mendasar.

Lewat program IPAH ini, LPPM ingin memastikan masyarakat, terutama di wilayah rawan air, dapat memiliki akses terhadap air yang layak dan aman dikonsumsi. Menurutnya, potensi air hujan di wilayah permukiman Bojonegoro sangat besar namun belum dimanfaatkan optimal. Selama ini air hujan cenderung menjadi limpasan yang terbuang.

Air hujan di wilayah permukiman, selama ini sering berakhir sebagai air limpasan. Sehingga dengan adanya IPAH, air yang jatuh ke atap dapat ditangakap IPAH, ditampung dan dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.

“Tantangan terbesarnya adalah, masyarakat penerima manfaat harus berupaya menyediakan tampungan secara mandiri sebanyak mungkin, agar cadangan air semakin banyak,” terangnya.

Selain untuk kebutuhan langsung, IPAH juga dirancang untuk menanggulangi kekeringan jangka menengah melalui sistem sumur resapan yang terintegrasi dalam struktur IPAH.

“Dengan dua upaya tersebut, dan tentu harus didukung dengan penanaman pohon, insyaAlloh ketahanan air di Kabupaten Bojonegoro akan dapat tercapai." ujarnya.

Program ini diharapkan menciptakan dampak jangka panjang dan berkelanjutan terhadap kualitas hidup masyarakat, khususnya di desa-desa yang rawan krisis air bersih. (Nrto)