JATIMPOS.CO/KOTA MADIUN - Paguyuban Kawula Karaton Surakarta (Pakasa) Pangeran Timur atau Cabang Kota Madiun resmi ditetapkan pada Sabtu malam (27/7/2024). Acara Tetepan Pakasa, Paringdalem Serat Kekancingan dan peluncuran Mars Pakasa Pangeran Timur tersebut dilaksanakan di Rumah Dinas Wali Kota Madiun.
Kanjeng Pangeran (KP) Eddy S Wirabhumi hadir langsung dalam acara tersebut. Ia menjelaskan, dibentuknya Pakasa Pangeran Timur ini sebagai wadah bagi para tokoh yang peduli dalam pelestarian kebudayaan. Khususnya kebudayaan Keraton Surakarta Hadiningrat. Pakasa inilah yang akan menjaga kelestarian budaya di tengah perkembangan zaman saat ini.
‘’Dalam perjalanan pelestarian kebudayaan pasti mengalami dinamika masalah. Tapi, kita tidak boleh terpuruk. Justru harus bangkit untuk menunjukkan bahwa kita punya peradaban yang lebih tinggi,’’ tuturnya.
Menurutnya, jika menarik fakta, pihaknya menunjuk temuan kerangka manusia paling tua ada di wilayah Surakarta dan sekitarnya. Yakni, kerangka berusia 16 juta tahun sebelum masehi. Temuan itu memutus kerangka tertua di Afrika dengan usia 14 juta tahun sebelum masehi. Menurutnya, Indonesia tercatat memiliki 58 kerajaan yang tersebar di seluruh wilayah nusantara.
‘’Bersama seluruh elemen tokoh dan masyarakat, mari lestarikan kebudayaan kita. Jika semua bergandeng tangan bersama, saya kira kelestarian budaya kita akan luar biasa,’’ ujar KP Eddy S Wirabhumi yang sekaligus Ketua Umum Majelis Adat Kerajaan Nusantara itu.
Di tempat yang sama, Pangageng Lembaga Dewan Adat (LDA) Karaton Surakarta Hadiningrat, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Koes Moertiyah Wandansari menuturkan, pasca tetepan atau penetapan, Pakasa Pangeran Timur menjadi pakasa ke-20 di wilayah Jawa Timur yang dibentuk Sinuhun Paku Buwono (PB) X. Sinuhun PB X sengaja membentuk pakasa pada tahun 1931 sebagai upaya menjaga peradaban dan kebudayaan Jawa. Terutama dari Keraton Surakarta.
‘’Perkembangan zaman akan sangat mempengaruhi kehidupan budaya. Sangat dibutuhkan konsistensi peran negara dan masyarakat untuk menjaga kebudayaan,’’ harapnya.
Menurut Gusti Moeng sapaan akrab GKR Wandansari, budaya lokal perlahan mengalami pergeseran oleh budaya luar. Dia menilai pergeseran itu akan menggerus eksistensi peradaban dan kebudayaan pribumi. Apalagi, budaya luar sangat tidak cocok dengan budaya yang ada di Jawa.
‘’Banyak budaya dari luar yang sangat tidak cocok dengan jiwa budaya Jawa. Butuh peran bersama untuk menjaga budaya kita,’’ tuturnya.
Lebih lanjut dia katakan, dalam acara sakral tersebut, sebanyak 15 orang didapuk sebagai pamong alias pengurus Pakasa Pangeran Timur serta diganjar kenaikkan gelar, dan 46 tokoh-tokoh dari berbagai latar belakang dan profesi di Kota Madiun yang mendapat gelar dari Karaton Surakarta Hadiningrat. Termasuk Wali Kota Madiun sebagai pangayom Pakasa Pangeran Timur.
‘’Kebudayaan dan peradaban kita (di Indonesia, Red) jauh lebih maju dibandingkan peradaban lainnya,’’ katanya.
Sementara itu, Pj Wali Kota Madiun, Eddy Supriyanto mengatakan, tetepan Pakasa Pangeran Timur sudah seyogianya dilakukan sebagai wujud upaya melestarikan budaya. Karena peradaban dan kebudayaan nusantara ini paling tinggi dan paling tua di seantero dunia. Itu dibuktikan keberadaan kerajaan Singosari dan Mojopahit yang menguasai Asia.
‘’Melalui tetepan pakasa dan penyerahan kekancingan merupakan bentuk konsistensi Indonesia yang diinisiasi dan dilestarikan Keraton Surakarta. Budaya kita perlu dilestarikan untuk generasi ke depan. Jangan sampai hilang tergeser budaya dari luar,’’ tegasnya.
Dia menambahkan, Pakasa Pangeran Timur diisi oleh tokoh-tokoh masyarakat dari seluruh elemen. Mulai pemerintah, TNI-Polri, dan dari unsur lembaga atau institusi lainnya.
"Saya berharap kepedulian dalam melestarikan budaya oleh para tokoh dapat terjaga dan tertular ke masyarakat lainnya. Sehingga, seluruh elemen masyarakat dapat bahu-membahu serta gotong royong menjaga kelestarian budaya," pungkasnya. (jum).