JATIMPOS.CO/KOTA MADIUN - Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Madiun mewujudkan aksi nyata di lapangan sebagai aksi mitigasi perubahan iklim melalui penanaman pohon di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Winongo, Kota Madiun, Rabu (24/7/2024).

Kegiatan ini sejalan dengan komitmen pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap hijau. 

"Penanaman pohon ini adalah inisiasi dari DLH bersama-sama dengan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jatim yang di wakili oleh Kepala Cabang Dinas Kehutanan untuk melakukan penanaman pohon di TPA Winongo dalam rangka mitigasi perubahan iklim," jelas Pj Wali Kota Eddy Supriyanto.

Dalam kegiatan penanaman pohon ini, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur juga membantu mencarikan ribuan bibit-bibit tanaman untuk ditanam di Kota Madiun, dengan harapan kedepan ribuan rumah di Kota Madiun tertanami, termasuk jalan-jalan maupun gang-gang.

Menurutnya, Indonesia saat ini sedang mengalami pemanasan global, termasuk di Kota Madiun. Hal ini dikarenakan adanya perubahan iklim. Penyebabnya, karena di Indonesia ada pengurangan pohon-pohon maupun kebakaran di berbagai tempat. Untuk menekan perubahan iklim agar berkurang harus dilakukan bersama-sama dengan masyarakat.

"Pemerintah tidak bisa sendiri karena memang luas wilayah ini maka harus mengajak seluruh masyarakat dan stakeholder untuk bersama-sama menanam pohon, sehingga 2 sampai 3 tahun lagi pohon itu bisa tumbuh hingga 4 -5 meter. Artinya itu akan mengurangi dan menurunkan suhu, termasuk rumah kaca dan sebagainya itu bisa kita tekan," ucapnya.

Pj Wali Kota Madiun Eddy Supriyanto melakukan dialog bersama Ketua LPMK, Lurah dan Camat usai penanaman pohon di kawasan TPA Winongo, Rabu (24/7/2024).
______________________________________________

Lebih lanjut, Eddy Supriyanto menyampaikan, penanaman pohon ini juga melibatkan Ketua LPMK, Lurah dan Camat. Tujuannya, agar ada gerakan supaya masyarakat menanam pohon di setiap rumah masing-masing. Selain itu juga membuat tempat-tempat sampah organik yang diolah di tempat rumahnya masing-masing sehingga sampah tidak sampai terbawa ke TPA.

"Tentunya hal ini juga bisa mengurangi sampah itu hingga 50 sampai 70 persen, karena kalau sampah ini terus menerus perhari bisa mencapai 500 ton, setiap hari berapa ribu meter kubik yang kita sediakan, itu tidak akan cukup," ungkapnya.

Untuk mengolah sampah itu, menurutnya harus dilakukan mulai dari hulu hingga di pasar-pasar. "Nanti kita sampaikan juga kepada para pedagang supaya benar-benar irit untuk menambah tas plastiknya, jadi supaya tidak sembarangan disampaikan kepada pembeli sehingga ini mengurangi sampah juga," pungkasnya. (Adv/jum).