JATIMPOS. CO/MOJOKERTO – Pemerintah Kabupaten Mojokerto terus menunjukkan komitmennya dalam pemerataan pembangunan infrastruktur hingga ke pelosok daerah. Hal ini tampak dari rampungnya pembangunan Jembatan Talunbrak di Desa Talunbrak, Kecamatan Dawarblandong, yang diresmikan melalui acara tasyakuran dan sedekah bumi pada Rabu (5/11) malam.

Kegiatan tersebut berlangsung hangat dan meriah. Warga setempat bersama jajaran Forkopimda dan tokoh masyarakat hadir memadati lokasi acara yang turut dimeriahkan oleh pementasan ludruk Budhi Wijaya, sebagai bentuk pelestarian budaya lokal.

Bupati Mojokerto Muhammad Albarra menyampaikan rasa syukur atas selesainya pembangunan jembatan sepanjang 60 meter dan lebar 6 meter itu. Proyek senilai Rp13,5 miliar ini dibiayai melalui hibah rehabilitasi konstruksi dari BNPB, dan menjadi penghubung penting antarwilayah di bagian utara Kabupaten Mojokerto.

“Jembatan ini bukan hanya sekadar bangunan fisik, tetapi simbol perhatian pemerintah terhadap masyarakat di wilayah paling utara. Meskipun jumlah penduduknya tidak besar, pelayanan dan pembangunan harus tetap merata,” ujar Gus Bupati.

Gus Bupati menegaskan, pembangunan Jembatan Talunbrak menjadi solusi atas persoalan banjir tahunan yang kerap mengganggu aktivitas warga. Kini, dengan desain jembatan tanpa penyangga bawah, aliran air sungai lebih lancar dan aman bagi pemukiman sekitar.

Selain mengurai banjir, keberadaan jembatan baru juga memangkas waktu tempuh masyarakat menuju pusat Kabupaten Mojokerto. “Akses ekonomi, pendidikan, dan pelayanan publik akan jauh lebih mudah,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Desa Talunbrak Anton Suprapto tak kuasa menyembunyikan rasa harunya. Ia menuturkan, perjuangan mewujudkan jembatan tersebut telah dimulai sejak tahun 2019.

“Ini adalah mimpi panjang warga Talunbrak. Dari awal kami perjuangkan melalui berbagai jalur, dan alhamdulillah sekarang bisa berdiri megah di hadapan kita semua,” ucap Anton.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Bupati Albarra atas dukungan penuh terhadap proses pembangunan. “Mulai dari peletakan batu pertama pada April lalu hingga selesai 100 persen pada Oktober, semua berjalan lancar berkat sinergi antara pemerintah dan masyarakat,” tambahnya.

Acara tasyakuran ditutup dengan doa bersama dan hiburan ludruk tradisional, mencerminkan semangat gotong royong dan rasa syukur masyarakat. (din)