JATIMPOS.CO/KABUPATEN MOJOKERTO - Bupati Mojokerto Mojokerto Ikfina Fahmawati memberikan pemaparan Pelatihan Pola Asuh Anak Remaja di Era Digital ( PAAREDI) Tahun 2023 pada Ketua Tim Penggerak PKK Desa dan Kader Pola Asuh Anak Desa se Kecamatan Mojoanyar.
Kegiatan bertujuan tingkatkan wawasan TP PKK Desa dan Kader tetang pola pengasuhan anak di era digital ini, digelar di Aula lantai III Kantor Kecamatan Mojoanyar, Senin (10/7/2023).
Dalam sambutannya, Bupati Mojokerto Hj. Ikfina Fahmawati, mengatakan bahwa kegiatan sangat penting diadakan mengingat banyaknya para orang tua yang perlu mengetahui dan mengerti tentang pola asuh yang baik dan benar apalagi di era digital.
“Orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang miliki berkepribadian baik, perilaku baik, serta akhlak yang terpuji. Orang tua sebagai pendidik pertama, pembentuk pribadi yang pertama dalam kehidupan anak, harus bisa jadi teladan dan contoh yang baik untuk anak-anaknya. Hal ini erat kaitannya dengan pola pengasuhan dari orang tua,” ujarnya.
Ikfina juga menjelaskan, prinsip pengasuhan itu meliputi, menerima, menghargai, menguatkan, menjaga dan melindungi. Ikfina memberikan contoh pada kehidupannya yang memiliki putra yang dihargai. “Biasanya anak cowok itu kalau usai sholat, sarungnya bajunya dibiarkan, nah tiba-tiba suatu hari anak saya itu habis sholat, sarungnya, sajadahnya, bajunya kondisi rapi dalam lipatan, keadaan itu saya puji, dan itu merupakan bentuk penghargaan pada anak,“ jelas Ikfina.
Orang nomor satu di Pemkab Mojokerto ini juga mengulas teori perkembangan pada anak. Diantaranya genetik, genetik mempengaruhi fisik dan temperamen anak. Anak itu ada Easy (mudah), Difficult (sulit) dan anak slow to warm. Sedangkan pengaruh pola asuh orang tua, diantaranya Otoritet, Permisif (memanjakan), Naglected (mengabaikan), dan demokratis.
“Sikap otoriter diperlukan pada orang tua ketika memiliki bayi, dalam artian bayi harus rutin disusui demi tumbuh kembang meski bayinya gak mau nyusu, dan bayi pakai popok (pampers) itu usia 1 tahun harus sudah tak pakai popok, anak dilatih buang air kecil dan BAB diantar ke wc,“ terangnya.
Bupati perempuan pertama di Mojokerto ini mengungkapkan pergaulan anak-anak remaja perlu diawasi, banyak kasus remaja masih sekolah sudah hamil, perasaan takut dan malu dengan masyarakat, agar perut yang hamil tadi tidak kelihatan besar, akhirnya diet, efeknya anaknya dalam kandungan mengalami kekurangan gizi, stunting.
“Selain itu ada kasus bayi kena penyakit ugesafalus kepala besar berisi cairan) itu bermula, remaja hamil di luar nikah, upaya menggugurkan, minum obat penggugur, tapi tidak bisa gugur, akhirnya bayi bertahan dan lahir kondisi cacatkena ugesafalus,“ katanya.
Pada kesempatan itu, Bupati Ikfina memaparkan tentang digital literasi, di era digitalisasi ini sekarang kita bukan ada di era 4.0 tapi sudah 5.0 jadi semuanya sudah pakai apax kelebihan artificial inteligence otomatis. Untuk itu ia mengajak ibu-ibu PKK se Kecamatan Mojoanyar agar bijak dalam menghadapi kemajuan teknologi yang serba canggih dan modern. Jangan mudah share, like, informasi yang belum jelas, apalagi efeknya bisa berpengaruh negatif.
“Di era digital kita juga harus mematuhi menyadari memahami bahwa kita masih terikat dengan aturan-aturan dan etika model, seringkali di dunia digital orang-orang sudah tidak lagi memikirkan masalah etika ngomong sak karepe dewe, lalu joget-joget dengan model baju minim, gerakan-gerakan erotis, dia tidak mikir bahwa yang diuplod itu dilihat masyarakat luas,” katanya.
Bupati yang juga pernah menjadi TP PKK Kabupaten Mojokerto ini mengajak ibu-ibu PKK Mojoanyar, dalam pengasuhan anak, orang tua jangan membiarkan anak pakai smartphone tanpa pengawasan, memperdulikan efeknya.
“Jangan sampai anak-anak kita diasuh oleh smartphone. Dampak negatif salah satunya merusak kesehatan seperti mata. Bahkan ada suami istri makan di restaurant, agar makannya tenang, anaknya di pegangi hp android bermain game, itu perilaku salah,” tandasnya.
Pada kesempatan itu, Bupati Ikfina menceritakan saat ikuti acara di Provinsi Jatim, Ibu Ratna megawangi seorang praktisi ahli pendidikan anak usia dini (PAUD) beliau menyampaikan terkait dengan pola asuh anak di era digital dan salah satu slide nya itu menjelaskan anak usia 0 sampai 1 tahun tidak boleh bersentuhan dengan media sama sekali.
“Sebaiknya itu kita melakukan pembatasan anak PAUD dalam melihat media-media, tidak hanya media sosial, itu kenapa karena mereka itu ketika berinteraksi butuh respon balik seperti saat melihat TV itu, mereka tak paham bahwa televisi itu terutama cerita-cerita itu bikinan, padahal dia tahunya kalau di kudang tertawa. Maka itulah kemudian alasan kenapa memang harus dibatasi,“ pungkas Ikfina.
Turut hadir mendampingi Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati, Camat Mojoanyar Mokh. Malik, Danposramil Mojoanyar, Kasi Kemas Mojoanyar, H. Buyani, dan TP PKK Kecamatan Mojoanyar. (din/Adv)