JATIMPOS.CO/LAMONGAN - Per hari ini Rabu (21/12) mulai pukul 01.00 WIB dini hari tadi, siaran TV analog di sejumlah daerah resmi mati total tidak bisa ditonton.

Tercatat, ada 10 kabupaten/kota di wilayah Jawa Timur-1 yang akan mengawali Analog Switch Off (ASO). Sepuluh daerah yang siaran TV analognya sudah disuntik mati tersebut diantaranya, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Gresik, Lamongan, Mojokerto, Kota Mojokerto, dan Kabupaten Jombang.

Perihal dimatikan siaran TV analog, banyak masyarakat di Lamongan yang mengaku kaget dan kecele saat akan menyalakan televisinya, dikarenakan mati total tidak ada siaran TV sama sekali. Hanya terlihat ada gambar seperti semut dan layarnya nampak hitam.

"Setelah menjemput anak saya pulang dari sekolah, saat ingin menyalakan televisi terus terang saya kaget kok tiba-tiba tidak ada gambarnya, sementara tidak ada pemberitahuan apapun soal siaran TV yang mati sekarang ini," ucap warga kesal.

Ia mengatakan, saat ini terpaksa puasa melihat siaran TV, padahal banyak sinetron kesukaannya tiap hari yang harus ditonton. Soal pembelian alat set top box (STB), kata dia, saat ini belum mempunyai uang untuk membeli alat tersebut.

"Lha iya, padane rakyate iki berduit kabeh, bisa beli STB, judule ya puasa dulu gak lihat TV, nunggu dapat rejeki dulu baru beli alat itu. Lagian harganya STB itu juga kan lumayan mahal untuk kalangan masyarakat seperti kita," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Komisi A DPRD Lamongan Hamzah Fansyuri menyatakan, migrasi dari siaran TV analog ke TV digital di tengah masyarakat majemuk dan demokrasi dapat memberikan ruang yang lebih luas bagi kemunculan diversity of content (keberagaman konten).

Hamzah menjelaskan, TV analog yang hanya didominasi oleh konglomerat media saat ini, mayoritas dalam penyiarannya kebanyakan acara yang kurang bermutu dan kurang mendidik, dan hanya mengedepankan tentang fashion, trend, serta gaya hidup.

"Bahkan ada beberapa tayangan yang justru dapat memberikan contoh yang negatif bagi remaja dan tayangan yang monoton, sudah seharusnya diperbaiki. Inovasi tentang migrasi dari TV analog ke TV digital inilah yang bisa membendung semua itu," ucap Hamzah kepada jatimpos.co, Rabu (21/12/2022).

Ia mengatakan, selain dapat memberikan kualitas audio visual yang lebih baik, TV digital juga dapat memperkaya channel TV lokal maupun internasional yang justru banyak menampilkan keberagaman kontain seperti halnya kontain tentang olah raga, anak-anak dan film yang mendidik.

"Selain itu juga dapat memotivasi bagi pengusaha media baru untuk berkesempatan menayangkan pada publik sesuai dengan segmen siaran TV nya masing-masing," ujarnya.

Namun, kata dia, terlepas dari semua kelebihan tersebut, yang justru saat ini menjadi kendala adalah salah satunya mengenai proses migrasi dari TV analog ke TV digital cenderung seperti mendadak, tanpa adanya sosialisasi dari Diskominfo di tingkat kabupaten kepada masyarakat.

"Sebagai contoh per hari ini masyarakat di Lamongan saat menyalakan televisi sudah muncul gambar seperti semut dan hitam tanpa ada siaran, hal ini justru sangat merugikan masyarakat, dikarenakan masyarakat harus mengganti antena TV mereka ke antena digital," ungkap Hamzah.

Ia menuturkan, jika masyarakat perkotaan atau yang taraf perekonomian menengah mungkin tidak jadi masalah, bagaimana jika masyarakat miskin, mau tidak mau mereka harus menunggu menabung terlebih dahulu untuk dapat mengganti perangkat tersebut.

"Harusnya Diskominfo sebelum dilakukan penonaktifan TV analog ini terlebih dahulu dilakukan sosialisasi secara intens kepada seluruh lapisan masyarakat yang ada di Kabupaten Lamongan," tandas Hamzah.

Politisi muda asal PAN itu mengungkapkan, paling tidak pemerintah harus bisa memberikan alternatif untuk hal tersebut, entah itu berupa bantuan antena atau perangkat TV digital untuk masyarakat miskin dengan alokasi tertentu, atau alternatif lain yang bisa memudahkan masyarakat dalam melakukan migrasi TV analog ke TV digital.

"Selama ini hanya disosialisasikan melalui media tanpa ada sosialisasi secara langsung dari Diskominfo Lamongan. Dimana masyarakat Lamongan banyak yang menafsirkan bahwa berita itu hanya sebagai berita hoax,” terang Hamzah. (bis).