JATIMPOS.CO/KABUPATEN MOJOKERTO - Salah satu upaya Pemerintah untuk menuju generasi emas 2045 adalah menurunkan kasus Stunting. Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

"Hal ini disebabkan balita stunting mengalami kekurangan gizi menahun, bayi stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya," ungkap Kepala BKKBN sekaligus Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting, Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) seperti dilansir dari bkkbn.go.id.

Untuk menurunkan angka Stunting di Mojokerto, BKKBN bakal menggelar promosi kesehatan reproduksi dan percepatan penurunan stunting berbasis pondok pesantren bersama mitra kerja di Ponpes Segoro Agung Trowulan, Mojokerto, Senin (26/12/2022) mendatang.

Kegiatan ini akan menghadirkan Budayawan MH Ainun Najib dan Kyai Kanjeng.

Bupati Mojokerto  Ikfina menyampaikan untuk mengatasi stunting, Pemkab Mojokerto tidak berpangku tangan, membentuk Tim Percepatan Penurunan Angka Stunting (TPPS) sampai tingkat Kecamatan dan Desa.

Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dijadikan pasukan terdepan.

Sejumlah inovasi program digencarkan. Targetnya, menekan angka stunting menjadi 15,96 persen di tahun 2024.

Bupati Ikfina juga menjelaskan, terdapat dua intervensi pencegahan stunting yakni Intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.

"Intervensi spesifik, contohnya remaja, calon pengantin,ibu hamil, dan balita. Sedangkan Intervensi sensitif seperti air minum layak, sanitasi layak, penerima bantuan iuran JKN, bantuan tunai bersyarat bantuan sosial pangan, pelayanan KB, menekan angka kehamilan, dan pemberian informasi mengenai stunting," terangnya.

Bupati Ikfina juga mengungkapkan,  Pemkab Mojokerto menggulirkan sejumlah program. Pertama, program intervensi spesifik untuk remaja putri. Yakni Jumat cerita minum tablet zat besi bersama-sama supaya cantik, energik, rajin dan inovatif. Program kedua, Capingmas, calon pengantin masa depan emas.

"Tiga bulan sebelum menikah dilakukan pemeriksaan fisik maupun laboratorium terhadap calon pengantin. Kami bekerja sama dengan pengadilan agama. Tujuannya untuk menekan dispensasi nikah supaya pendewasaan usia nikah bisa kami laksanakan," jelasnya.

Program inovatif ketiga yang digulirkan Bupati Ikfina yaitu Pinarak, pantau ibu janin aman dari risiko kehamilan. Keempat, program Selada Bu Harti, selamatkan dampingi ibu hamil risiko tinggi. Setiap posyandu di Kabupaten Mojokerto mempunyai 1 kader khusus yang bertugas mendampingi ibu hamil risiko tinggi. Terdapat 1.287 posyandu di Bumi Majapahit.

"Untuk ibu bersalin, kami punya program di seluruh puskesmas, yaitu Permen Simela, persalinan aman siap siaga melayani. Jadi, semuanya sudah tercatat prediksi hari persalinan, sudah jelas akan melahirkan di puskesmas mana, dijemput dan diantar," terangnya. (din)