JATIMPOS.CO/TRENGGALEK - Pemerintah Kabupaten Trenggalek mengajak masyarakat untuk mencintai batik lokal. Imbauan ini disampaikan Plt. Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan Kabupaten Trenggalek Yudi Sunarko, saat memimpin apel pagi ASN, Rabu (25/9/2019).
Seperti diketahui, pada 2 Oktober 2009 UNESCO menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non benda (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Tentunya sebagai bangsa yang mempunyai batik, kita wajib melestarikan dan mengembangkannya.
"Secara rutin kita memperingati Hari Batik Nasional, dengan menggelar kegiatan yang intinya menggairahkan dan memasyarakatkan penggunaan batik khas Trenggalek," ujar Yudi usai apel pagi pegawai di halaman Setda Trenggalek.
Untuk memasyarakatkan batik lokal tersebut kita menghimbau kepada masyarakat untuk ikut memakainya. Sebagai upaya merangsang masyarakat, kita mewajibkan ASN memakai batik lokal sebagai seragam kerja dihari tertentu. Dengan begitu industri batik lokal tetap bisa eksis, karena batik yang mereka produksi bisa laku di pasaran.
Hal ini juga ditujukan sebagai salah satu ajang promosi dan mengenalkan batik lokal kepada kalayak ramai.
Saat ini Pemerintah Kabupaten Trenggalek tengah fokus mengembangkan batik Sibori. "Tahun ini kita berusaha kejar jenis batik sibori, karena motif sibori dari aspek permintaannya tidak begitu rumit dibanding dengan batik tulis," lanjut Yudi.
Saat ini kita memang menggarap pangsa pasar untuk batik sibori warna alam yang pangsa pasar di luar daerah masih bagus.
"Kita ingin Trenggalek punya icon branding warna alam," imbuhnya.
Harganya cukup terjangkau, dipasaran Sibori dengan motif sederhana di jual dengan harga cuma Rp 85 ribu sampai dengan yang mahal tergantung dengan motifnya maupun tingkat kesulitan pewarnaannya mulai Rp 150 hingga 200 ribu. (ays)