JATIMPOS.CO/SURABAYA — Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur Sri Untari menegaskan wayang kulit merupakan warisan asli Nusantara yang menjadi modal penting menjaga jati diri bangsa di tengah arus globalisasi.

Hal itu ia sampaikan saat memberi sambutan pada Pagelaran Wayang Kulit bertema “Meruwat Jawa Timur, Merawat Indonesia” di halaman Kantor DPRD Jatim, Jalan Indrapura Surabaya, Jumat malam (14/11/2025).

Pagelaran wayang yang menampilkan dalang kondang Ki Purbo Asmoro dengan lakon Wahyu Katresnan itu dihadiri ratusan warga sekitar Surabaya.

Sri Untari menyebut kegiatan budaya di rumah wakil rakyat ini sekaligus menjadi ikhtiar “menyelameti Jawa Timur” agar masyarakatnya senantiasa dalam keadaan baik.

“Wayang bukan hanya tontonan, tetapi juga tuntunan. Ia menjadi role model yang memuat cerita-cerita luhur dari Mahabarata dan Ramayana,” kata Sri Untari dalam sambutannya.

Politisi PDI Perjuangan itu menjelaskan, berdasarkan kajian akademik, wayang kulit merupakan warisan asli bangsa Indonesia.

Ia merujuk hasil penelitian sejarawan yang menyebut kesenian ini tidak ditemukan di India, Eropa, Yunani, Thailand, maupun Malaysia.  “Wayang kulit ini warisan budaya Nusantara dari tanah Jawa,” ujarnya menegaskan.

Ia kemudian menguraikan jejak panjang wayang dalam sejarah Jawa Timur. Menurutnya, relief dan lakon wayang sudah ditemukan sejak masa Kerajaan Kahuripan dan Medang, juga di berbagai candi seperti Candi Penataran dan sejumlah candi lain di Jawa Timur. Lakon-lakon Mahabarata dan Ramayana yang menjadi pakem dan carangan wayang terus diwariskan dari masa ke masa.

Sri Untari juga menyinggung peran Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga, yang memanfaatkan wayang sebagai media dakwah Islam.

Ia mencontohkan bagaimana Jamus Kalimosodo dalam Mahabarata kemudian dimaknai sebagai simbol dua kalimat syahadat, sehingga tradisi lama dan ajaran Islam menyatu dalam satu kesatuan lakon dan pakem.

Apalagi, lanjutnya, Nahdlatul Ulama melalui Lesbumi PBNU dan tokoh seperti almarhum Prof. KH Agus Sunyoto turut menggali kembali sejarah para wali dan kaitannya dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara.

“Di situ terlihat sinergi yang kuat antara akar budaya lama dengan budaya baru, yang kemudian melahirkan teladan-teladan baik bagi generasi hari ini,” tuturnya.

Sri Untari menekankan, penguatan budaya lewat pagelaran wayang penting untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Ia mengingatkan agar bangsa ini tidak “berganti kulit” dan kehilangan jati diri seperti yang ia contohkan saat menyinggung Filipina yang banyak dipengaruhi budaya kolonial.

“Dengan kekuatan akar tradisi kita, kita tidak boleh berganti kulit seperti bangsa Filipina. Filipina ini berganti kulit, karena aslinya tidak seperti pakai baju ala Spanyol. Tapi kita tetap punya jati diri dan jati diri kita, kita ukir untuk budaya Jawa melalui kegiatan wayang kulit,” kata dia.

Ia berharap, melalui pagelaran di DPRD Jatim ini, masyarakat kian mencintai wayang sekaligus memetik nilai-nilai luhurnya untuk kehidupan sehari-hari.

“Mari kita merawat Jawa Timur agar masyarakat Jawa Timur sehat, selamat, banyak rezekinya, hilang penyakitnya, kari seger warase,” pungkas Sri Untari. (zen)