JATIMPOS.CO/BOJONEGORO – Sebagai upaya melatih dan menumbuhkan kesadaran akan kewaspadaan terjadinya situasi darurat dari sebuah operasi migas, PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 Regional Indonesia Timur Sub Holding Upstream Pertamina menggelar simulasi emergency drill. Dalam emergency drill ini terdapat skenario kebocoran gas yang menyebabkan beberapa dampak yang harus dilakukan pengendalian situasi seperti musterring, rescue, medical evacuation dan lain-lain.
Seluruh komponen tim lintas fungsi yang ada di Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB) terlibat secara aktif melakukan respon cepat menanggulangi peristiwa ini. Kegiatan emergency drill ini selain dilakukan oleh pekerja PEPC JTB juga turut melibatkan stakeholder yang ada di sekitar wilayah operasi. Emergency drill dilaksanakan secara lancar dan sukses di lokasi Gas Processing Facility (GPF) dan Well Pad East di Desa Bandungrejo, Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis (29/08).
Manager Communication Relations & CID PEPC Rahmat Drajat menerangkan perusahaan berusaha terus meningkatkan respon tim yang tangguh dalam mengantisipasi setiap kondisi darurat yang terjadi di lapangan. Dimana kegiatan emergency drill ini wujud dari upaya mitigasi risiko sebagai standar operasi excellent yang ada dilingkungan hulu migas. Selain untuk melatih kesiapan anggota Site Emergency Response Team (SERT) pelatihan ini juga bertujuan melatih bagaimana alur komunikasi dalam situasi emergency ini dapat dilakukan secara berjenjang. Dengan demikian manajemen bisa memberikan arahan yang tepat dalam mengurangi berbagai risiko.
Ditambahkan Rahmat, kegiatan ini dilakukan secara terjadwal sebagai bagian dari aspek keselamatan di lingkungan hulu migas. Dengan pelatihan seperti ini seluruh tim akan semakin paham peran dan tugasnya dalam menghadapi kondisi darurat.
“Kami bisa mengetahui alur komunikasi maupun peran dan tugas masing-masing tim dalam merespon situasi yang darurat. Kami sengaja melibatkan stakeholder eksternal seperti pihak desa, fasilitas kesehatan di sekitar dan petugas keamanan agar bisa terbangun pemahaman maupun kesiapsiagaan dalam merespon kondisi tertentu,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Paratazkia yang turut mengkoordinir tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) mengungkapkan, penanganan situasi kondisi kebencanaan perlu penanganan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai komponen sesuai konsep pentahelix. Konsep tersebut telah diimplementasikan melalui pelibatan pemerintah Desa Bandungrejo, puskesmas, Koramil dan Polsek daerah sekitar operasi.
“Masyarakat dilibatkan dalam drill ini seperti Tagana yang berasal dari penduduk desa, NGO, media dan akademisi akademisi yang diperankan oleh Mahasiswa sebagai Relawan Siaga Bencana Stikes Maboro juga terlibat. Jadi ini sangat lengkap dan bagus,” terangnya.
Manager HSSE Operations PEPC Zona 12 Benny Rahadian mengatakan, pihaknya menggelar program major emergency drill ini dengan tujuan untuk mengkalibrasi seluruh komponen emergency response team yang ada dalam menghadapi kondisi darurat. Menurutnya, secara berjenjang apa saja yang harus dilakukan bisa disimulasikan disini agar kesiapsiagaan tim bisa terjaga.
"Kami berusaha untuk menjaga kesiapan dan kesiagaan dalam merespon situasi darurat apapun dengan cepat dan tepat. Untuk itu latihan seperti ini penting untuk dilakukan. Sekaligus dengan latihan ini bisa mengetahui hambatan dan masalah apa saja yang perlu di improve dalam menangani situasi emergency,” terangnya.
Diharapkan emergency drill ini mampu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan tim PEPC JTB serta memberikan pengalaman melakukan respon situasi tertentu kepada pihak eksternal secara tepat. Dengan terlatihnya personil dan respon mitigasi yang baik, maka diharapkan operasi hulu migas dari Lapangan Gas JTB dapat berjalan secara sukses dan lancar. (ril/min)