JATIMPOS.CO/SURABAYA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama jajarannya meresmikan Taman Hutan Raya (Tahura) Lempung yang terletak di Jalan Lempung Perdana IV, Kelurahan Lontar, Kecamatan Sambikerep Surabaya, Kamis (19/11/2020) pagi. Tahura yang memiliki luas sekitar 1,9 hektar ini diharapkan menjadi tempat pelestarian alam, tumbuhan dan ternak.

Selain dibangun mini boezem, di lokasi ini juga ditanami berbagai jenis tanaman toga serta produktif. Seperti ginseng, gondosuli, kejibeling hingga temu ireng untuk jenis tanaman toga. Sementara tanaman produktif, di antaranya sorgum, sukun, terong hingga mangga.

Wali Kota Risma mengungkapkan alasan membangun Tahura Lempung di kawasan ini. Ia mengaku, jika beberapa tahun lalu saat mengunjungi lokasi ini mendapat keluhan warga terkait banjir. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk membuat Tahura beserta mini boezem sebagai tempat resapan dan penampungan air.

"Beberapa tahun lalu saya pergi ke sini mendapat keluhan warga yang kena langganan banjir di kawasan ini. Sehingga saya putuskan membuat waduk untuk menampung air," kata dia dalam sambutannya.

Menurut dia, secara teori kawasan ini terletak lebih tinggi dari wilayah utara. Sehingga, secara logika kawasan ini mestinya tidak tergenang. Namun, karena ada masalah terkait koneksi saluran, sehingga kawasan ini menjadi tergenang. "Dulu di sini kondisinya juga masih gersang dan tak terawat. Namun, alhamdulillah sekarang jadi indah," terang dia.

Selain meresmikan Tahura, secara simbolis Wali Kota Risma juga menyerahkan bantuan ayam petelur kepada Ketua RT setempat. Di samping itu pula, ia bersama jajarannya juga memanen tanaman sorgum. Menurutnya, tanaman serbaguna ini dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak, hingga pendamping beras.

"Kenapa sorgum? Ketika kita tidak mendapatkan beras, maka kita bisa menggunakan sorgum sebagai pendamping beras, jadi bukan (makanan) pengganti. Berdasarkan penelitian, sorgum mengandung zat untuk menambah daya tubuh kita menjadi kuat, sehingga tidak mudah terkena penyakit," papar dia.

Berbagai jenis tanaman herbal atau toga beserta buah-buahan ada di sini. Karenanya, Wali Kota Risma berharap, masyarakat sekitar dapat memanfaatkan berbagai jenis tanaman itu sembari belajar menanam. Namun, yang paling penting adalah dapat meningkatkan income pendapatan masyarakat sekitar.

"Taman Hutan Raya (di Surabaya) ada 10, ini salah satunya dibuka untuk umum. Yang paling penting itu untuk meningkatkan income mereka (warga sekitar). Kan kalau itu mereka bisa belajar sembari mereka bertanam. (Hasilnya) semuanya kita berikan kepada warga. Seperti kemarin itu ketela rambat yang sudah panen kita serahkan kepada warga," ungkap dia.

Di waktu yang sama, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Yuniarto Herlambang menjelaskan, Tahura Lempung dibangun sejak tahun 2019 dengan luas sekitar 1,9 hektar. Yang menjadi spesial, Tahura di kawasan ini ditanami ribuan tanaman herbal, produktif dan lindung.

"Tanaman produktif dan pelindung ada sekitar 30 jenis. Sedangkan tanaman herbal ada 31 jenis. Total tanaman herbal ada 2.100 lebih jumlahnya. Untuk yang produktifnya ada 1.200an," kata Herlambang.

Tak hanya ribuan tanaman herbal dan produktif yang ditanam di Tahura ini, sebab DKPP Surabaya juga membudidayakan ayam petelur. Setidaknya ada sekitar 1000 ekor ayam petelur dewasa yang diternakkan pada dua kandang. "Jadi ada ayam petelur, tadi pertama kali Bu Wali Kota memberikan itu secara simbolis. Karena kita membesarkan dari kecil. Jadi kalau sudah besar diberikan ke warga. Yang besar ada 1000an," jelas dia.

Kepala DKPP Surabaya ini mengaku, salah satu tanaman yang menjadi atensi Wali Kota Risma di Tahura ini adalah sorgum. Tanaman ini diharapkan dapat menjadi pendamping makanan pokok untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan beras. "Di beberapa Tahura sudah kita tanami (Sorgum). Lahan-lahan BTKD (Bekas Tanah Kas Desa) juga kita tanami. Ada sekitar 6000 meter persegi luasnya, ada sorgum, ada jagung," terang Herlambang.

Herlambang menilai, bahwa tanaman sorgum sama seperti jenis pangan lainnya. Bahkan, cara mengolahnya pun sama seperti padi. Tanaman ini juga dipercaya memiliki karbohidrat dan serat lebih banyak. "Olahnya sama seperti padi. Kalau panen, gabahnya kita giling sama kayak padi, tapi karbohidrat dan serat lebih banyak. Bukan sebagai makanan pengganti (beras), kan tidak bisa kalau langsung ganti dari beras. Ini sebagai makanan pendamping," pungkasnya. (*)