JATIMPOS.CO/SURABAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan menangani penyebaran Covid-19. Bahkan, pemkot juga melakukan Rapid Test secara masif untuk memastikan apakah warga tersebut positif terkena Covid-19 atau tidak.
Wali Kota Surabaya menjelaskan jika naiknya angka persebaran tidak terjadi di luar cluster yang sudah ada. Dari 16 cluster (pemetaan tempat tinggal orang yang terkonfirmasi) yang terdeteksi dan sudah dalam pengawasan oleh Dinkes Surabaya.
“Di Surabaya 16 cluster, dan angka persebaran tidak terjadi di luar cluster, total jumlah orang yang kita awasi 4.818 orang (berdasar print out 10 Mei 2020). Mula-mula cuma 5 orang, tetapi karena saat itu kita belum punya alatnya (swab), kita sarankan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing, ternyata seluruh penghuni rumah jadi tertular. Sejak itu kita putuskan agar keluarga dipisahkan dari pasien,” kata Wali kota Surabaya Tri Rismaharini dalam konpres di Balai Kota, Minggu (10/5/2020).
Ia memastikan keluarga si pasien pun terus dimonitor dan masuk ke dalam kategori orang dalam pengawasan, semua mereka setiap harinya mendapat permakanan 3x sehari plus telor rebus, minuman tradisional pokak dan multivitamin.
“Keluarga pasien termasuk orang dalam pengawasan (ODP), dari komunikasi dengan mereka ditemukan bahwa mereka telah pergi dan bertemu dengan si A, si B, si C yang kita masukkan sebagai orang dalam resiko (ODR),” tambah Risma yang juga sibuk mengecek datangnya bantuan alat pelindung diri (APD) dari warga Indonesia di Philadelphia, Amerika Serikat.
Selain rapid test, Pemkot Surabaya juga melakukan tes swab kepada 1.083 orang sejak Maret hingga 8 Mei 2020. Pada Bulan Maret-April, pemkot melakukan tes swab 230 orang, hasilnya 61 positif dan 169 negatif. Kemudian 1-8 Mei 2020, pemkot terus melakukan tes swab sebanyak 853 orang, hasilnya 48 positif dan sisanya sebanyak 805 masih menunggu hasilnya.
“Artinya, ke depan bisa saja terjadi peningkatan dari hasil terkonfirmasi, karena hasil swab yang sampai saat ini belum keluar sebanyak 805 orang,” kata Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya M. Fikser yang juga menegaskan seluruh test tersebut gratis.
Di samping itu, Fikser juga menjelaskan bahwa Pemkot Surabaya sudah menyediakan 265 kamar hotel untuk dijadikan tempat isolasi diri. Kamar hotel ini diisi oleh warga migran yang baru pulang dari luar negeri atau luar daerah.
“Kamar ini juga untuk warga yang negative, tapi keluarganya ada yang positif. Jadi, untuk memisahkan dari keluarganya, kami pindahkan ke hotel dulu, supaya tidak tertular juga,” kata dia.
Khusus untuk Rumah Sakit Soewandhie, dari 22 kamar nanti akan ditambah sekitar 36 kamar, sehingga total ada 58 kamar. Kemudian di Rumah Sakit BDH, dari 12 kamar akan ditambahkan 52 kamar, sehingga total akan ada 64 kamar.
“Selain itu, ada pula penambahan kapasitas kamar sekitar 40 dengan RS swasta. Untuk itu, pemkot menyiapkan 120 tempat tidur untuk memenuhi kebutuhan kamar-kamar yang ada di rumah sakit itu, sehingga ketika ada pasien, mereka bisa masuk karena tercukupi fasilitas kesehatannya di sana,” pungkasnya. (fred/hms)