JATIMPOS.CO/SURABAYA- Museum Negeri Mpu Tantular di Buduran Sidoarjo menyelenggarakan seminar bertajuk Lensa Masa Lalu : Mengungkap Sejarah Surabaya Kolonial melalui Foto-Foto Bersejarah.
Dengan topik “Hasil Kajian Historika Foto Surabaya Lama Koleksi Museum Mpu Tantular” acara ini diikuti 100 orang terdiri akademisi, komunitas, dan pemerhati sejarah foto-foto lama serta masyarakat, berlangsung di UPT Museum Negeri Mpu Tantular, Rabu (28/5/2025).
“Seminar ini untuk memahami dan mengapresiasi sejarah Surabaya melalui foto-foto lama,” ujar Kepala Disbudpar Jatim Evy Afianasari, S.T, M.M.A dalam pesan yang disampaikan Kepala UPT Museum Mpu Tantular, Sadari, S.Sn.
Pejabat Disbudpar Jatim, narasumber dan peserta seminar Hasil Kajian Historika Foto Surabaya Lama Koleksi Museum Mpu Tantular, Rabu (24/5/2025)
--------------------------------
Hasil kajian koleksi ini dilatarbelakangi oleh pentingnya koleksi foto-foto lama sebagai jendela menuju masa lalu yang mencerminkan perkembangan Surabaya sebagai pusat perdagangan dan administrasi pada era kolonial Belanda.
“Koleksi ini, yang belum tergali secara optimal, menyimpan narasi tentang transformasi sosial, ekonomi, dan budaya kota termasuk kehidupan masyarakat lokal dan komunitas etnis lainnya,” ungkapnya.
Seminar berdasarkan kajian mendalam yang disusun oleh tim ahli, Rojil Nugroho Bayu Aji, S.Hum., M.A., dan Achmad Zaki Yamani, S.H. pada tahun 2025, koleksi foto dari dokumentasi Von Vaber dan arsip Stedelijk Historisch Museum (SHM) Soerabaia menyajikan narasi visual yang kaya tentang perkembangan Surabaya sebagai pusat perdagangan dan administrasi pada era kolonial Belanda.
Koleksi ini mencakup dokumentasi arsitektur kolonial seperti Gedung Grahadi dan Hotel Majapahit, aktivitas pelabuhan Tanjung Perak, serta dinamika sosial yang mencerminkan interaksi antar komunitas etnis. Kajian ini juga menyoroti simbolisme identitas Surabaya, yang terinspirasi dari legenda “Sura dan Baya” serta peristiwa kemenangan Raden Wijaya pada 31 Mei 1293, yang kini diperingati sebagai Hari Jadi Kota Surabaya.
Melalui pendekatan kolaboratif antara praktisi dan akademisi, kajian ini telah mengidentifikasi 20-40 foto signifikan yang mendokumentasikan transformasi kota dari pusat militer VOC menjadi pusat perdagangan modern.
Album foto kunjungan ke Amsterdam Historisch Museum (AHM) turut memperkaya narasi dengan menampilkan hubungan historis dan diplomasi budaya antara Indonesia dan Belanda.
Koleksi foto historika ini adalah jendela menuju masa lalu yang menghidupkan kembali memori kolektif Surabaya. Seminar ini mengajak masyarakat, akademisi, dan penggiat budaya untuk bersama-sama mengeksplorasi dan melestarikan warisan sejarah.
Tentang Museum Negeri Mpu Tantular, awalnya bernama Stedelijk Historisch Museum Soerabaia dan didirikan pada 1937, kini menjadi lembaga pelestarian budaya dengan koleksi lebih dari 15.000 objek, mencakup artefak prasejarah hingga peninggalan kolonial. Berlokasi di Jl. Raya Buduran, Sidoarjo, museum ini terus berkomitmen mengedukasi masyarakat tentang sejarah dan identitas lokal Jawa Timur. (zen)