JATIMPOS.CO/BONDOWOSO. Pemerintah Kabupaten Bondowoso menyiapkan langkah percepatan yang lebih agresif dalam menuntaskan Tuberculosis (TBC), menyusul sorotan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI terhadap efektivitas penanganan TBC di daerah.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Daerah Bondowoso, Fathur Rozi, usai Exit Meeting Pemeriksaan Kinerja atas Efektivitas Penanggulangan TBC Tahun Anggaran 2024–2025 oleh BPK RI Perwakilan Jawa Timur, di Peringgitan Pendopo Bupati Bondowoso, Senin (17/11/2025).
Pemeriksaan tersebut menyoroti tiga aspek yang dinilai masih membutuhkan percepatan komitmen pemerintah, intensifikasi pencegahan, serta penguatan tata kelola data dan informasi.
Menurutnya, sejumlah regulasi sebenarnya telah disiapkan, termasuk Peraturan Bupati tentang Rencana Aksi Daerah dan Keputusan Bupati tentang Tim Percepatan Penanggulangan TBC. Namun ia mengakui bahwa struktur yang ada masih perlu diperkuat.
" Struktur tim harus lebih tajam. Ada pembagian bidang promosi kesehatan, pengobatan, pencegahan, sampai data dan informasi. Semua harus bekerja lebih kencang. Tidak ada yang sempurna," tegasnya.
Ia menambahkan bahwa penanggulangan TBC merupakan program prioritas Bupati, sehingga anggaran Dinas Kesehatan tetap terjaga. Namun Pemerintah Daerah tidak dapat mengandalkan APBD semata.
" Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Semua elemen harus bergerak, termasuk media, untuk menguatkan edukasi dan mendorong partisipasi masyarakat. Arahan Pak Bupati jelas, percepatan ini harus kolaboratif," ujarnya.
Sekda juga meluruskan persepsi publik soal meningkatnya temuan kasus TBC. Banyaknya temuan bukan tanda kegagalan, melainkan bukti bahwa mekanisme penelusuran sudah berjalan.
" Semakin banyak yang ditemukan, semakin cepat kita memutus penularan. Tracing itu kunci," tambahnya.
Di sisi lain, data Dinas Kesehatan menunjukkan hasil yang beragam. Pada semester I 2025, penemuan terduga TBC mencapai 5.430 kasus, atau 53 persen dari target 10.229 kasus.
Plt Kepala Dinas Kesehatan, Agus Winarno, menjelaskan bahwa Kasus mulai pengobatan 638 dari target 698 kasus (91,4 persen). Keberhasilan pengobatan: 1.279 dari target 1.505 pasien (84,98 persen)
" Dari sisi terapi, capaian kita relatif tinggi," Pungkasnya.
Namun untuk indikator kasus ditemukan dan dilaporkan, progres masih rendah hanya 698 kasus dari target 2.105 kasus 33,2 persen.(Eko)