JATIMPOS.CO/JOMBANG - Sebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi masih masif. Sampai saat ini, ada 2.783 ekor sapi di Jombang yang masih sakit dan butuh penanganan cepat.

Bahkan, diketahui ada 84 ekor mati akibat terjangkit virus yang menyebar sangat cepat ini. BTT yang akan digunakan untuk mengatasi wabah ini, juga baru di tahap pengusulan.

"Jumlah temuan kasus baru memang masih ada. Namun tren jika dibandingkan beberapa hari lalu mengalami penurunan. Mudah-mudahan kasus segera turun,’’ kata Agus Susilo Sugioto Kepala Dinas Peternakan Jombang.

Karena itu pihaknya mengusulkan pengajuan dana BTT dalam rapat internal penanganan PMK di Jombang. Ia menegaskan, jika usulan tersebut sudah diproses. "Termasuk mengurus surat administrasi usulan BTT,’’ tambahnya.

Agus menambahkan, jumlah penyebaran PMK di Jombang semakin massif. Per hari masih ditemukan puluhan hingga ratusan kasus baru. Per (17/6), sapi yang dilaporkan sakit ada 2.783 ekor. Jumlahnya tersebar di 21 kecamatan mulai ujung utara Plandaan hingga ujung selatan Wonosalam.

Ia menyebut, ada 1.836 ekor sapi yang berhasil sembuh. Jumlah mati ada 84 ekor dan sapi yang dipotong paksa ada 71 ekor. ”Yang potong paksa adalah sapi sapi yang terkena PMK dan sudah ditangani pengobatan minimal tiga hari. Namun progresnya tidak membaik, akhirnya dilakukan pemotongan bersyarat atau potong paksa,’’ papar dia.

Meski demikian, Agus menyebut daging sapi hasil potong paksa itu aman dikonsumsi dan tidak berbahaya bagi manusia.

Sebelumnya, Bupati Mundjidah Wahab menegaskan akan terus berupaya menangani wabah penyakit kuku dan mulut (PMK) di Jombang. Jika diperlukan, ia akan mengeluarkan anggaran darurat dari belanja tidak terduga (BTT)  untuk penanganan PMK ini.

Ia menyebut, sejauh ini pemberian obat dan vitamin memang dilakukan terbatas. Pemanfaatannya hanya digunakan untuk menangani sapi yang terjangkit PMK. ”Kita bagi secara gratis kepada masyarakat,’’ pungkasnya. (her)