JATIMPOS.CO/TUBAN – Pagelaran wayang kulit menjadi rangkaian Hari Jadi Tuban ke-729. Menghadirkan dalang nasional Ki Sigit Ariyanto dari Rembang, dengan lakon Kakrasana Kridha acara berlangsung di lapangan alun-alun, Rabu (09/11).

“Pagelaran wayang kulit sebagai wujud komitmen Pemkab Tuban dalam melestarikan budaya luhur bangsa Indonesia,” ungkap Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky

Kecintaan terhadap budaya luhur bangsa Indonesia dapat dipupuk sejak dini secara konsisten. Sehingga kesenian wayang kulit menjadi jati diri bangsa Indonesia kian diminati generasi muda. Disamping itu, mampu melahirkan dalang maupun seniman wayang kulit dari Tuban yang berprestasi dan membanggakan.

Mas Lindra begitu sapaanya menyatakan banyak pengajaran yang diperoleh dari filosofi seni budaya. Nilai-nilai luhur disampaikan melalui wayang kulit. Diantaranya kepemimpinan dan tanggungjawab perlu untuk diteladani dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Tidak hanya itu, program pembangunan maupun informasi lainnya juga dapat disisipkan selama pementasan berlangsung. "Ini menunjukkan bahwa sinergitas semua elemen masyarakat, termasuk seniman akan membawa manfaat bagi kemajuan suatu daerah," tuturnya.

Untuk diketahui, pagelaran Wayang Kulit kali ini juga dimeriahkan dengan campursari dari Grup Karawitan Cakraningrat serta menghadirkan Cak Yudho Bakiak dan Andik TB. Lakon Kakrasana Kridha mengisahkan Kakrasana seorang anak Raja Mandura Prabu Basudewa bersama adik-adiknya yang sewaktu kecil dititipkan ke Demang Sagupa. 

 Kakrasana bersama adiknya yaitu Narayana dan Rara Ireng tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, berbudi pekerti, berani membela kebenaran dan keadilan. Tanpa menyadari mereka adalah keturunan raja. Ketika Negara Mandura terjadi kerusuhan yang disebabkan anak raksasa, maka Kakrasana dan adik-adiknya hadir membela kebenaran dan menegakkan keadilan. (min)