JATIMPOS.CO - Permasalahan lahan yang rusak di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor seperti dampak perubahan iklim, deforestasi, dan kebakaran hutan. Sebagai pelaku industri yang menggunakan lahan untuk operasional, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) aktif melakukan berbagai usaha pemulihan lahan dan menerapkan praktik berkelanjutan dalam proses produksi, serta memperhatikan kesejahteraan masyarakat di sekitar area operasional. 

Sejalan dengan tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024 yaitu “Land Restoration, Desrtification & Drought Resilience” yang menekankan pentingnya restorasi lahan dan ketahanan terhadap kekeringan, Direktur Manufacturing SBI, Soni Asrul Sani mengatakan bahwa komitmen SBI sebagai industri yang menjalankan operasional yang bertanggung jawab, ditunjukkan melalui berbagai inisiatif pemulihan lahan, pengelolaan air dan pemberdayaan masyarakat untuk ketahanan terhadap kekeringan. 

“Melalui inovasi dan penerapan prinsip keberlanjutan dalam proses produksi, SBI memastikan setiap langkah yang kami ambil berkontribusi positif dan memberi nilai tambah terhadap keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan komunitas lokal,” ujar Soni Asrul Sani. 

SBI telah menerapkan praktik pengelolaan tambang berkelanjutan dan mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak termasuk pemerintah. Penghargaan Good Mining Practice diterima oleh SBI Pabrik Cilacap dari Provinsi Jawa Tengah atas konsistensi SBI Pabrik Cilacap dalam menjalankan standar operasional prosedur kebijakan K3, serta reklamasi lahan bekas tambang seluas 110,81 hektar di Nusakambangan dan menanam sebanyak 81.374 pohon di lahan pascatambang tanah liat di Jeruklegi. 

Selain di Cilacap, SBI juga telah berhasil memulihkan kembali 69 hektar lahan bekas tambang pasir silika di Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat. Sejak non-aktif pada tahun 2010, SBI memulai proses reklamasi lahan dan bekerjasama dengan IPB dalam hal teknis reklamasi dan pendampingan masyarakat sekitar eks-tambang, memastikan bahwa proses pemulihan lahan pascatambang ini tidak hanya memperbaiki kondisi lingkungan tetapi juga memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi komunitas lokal. 

Aktivitas reklamasi pascatambang ini juga mendapatkan rekognisi dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai praktik terbaik pengelolaan lahan pascatambang berkelanjutan. 

Dalam proses produksi, SBI menerapkan pengelolaan air terpadu yang bertujuan untuk menjaga ketersediaan dan kualitas air serta mengurangi dampak terhadap lingkungan sekitar termasuk tidak mengganggu sumber air bersih masyarakat.  SBI Pabrik Lhoknga dan Cilacap, menggunakan air hujan yang ditampung dalam settling pond untuk keperluan produksi. 

Sementara itu, SBI Pabrik Narogong mengimplementasikan teknologi Programmable Logic Control (PLC) dan Internet of Things (IoT) dalam program River Pump Management untuk meningkatkan efisiensi proses distribusi air di seluruh unit produksi. Teknologi ini mampu mengurangi konsumsi air yang diambil dari sungai sebesar 28.356 m3 pada tahun 2023. 

Pada tahun 2023, pemanfaatan air hujan untuk proses produksi mencapai 1,2 juta m3, naik 14% dibandingkan tahun sebelumnya dan membantu mengurangi penggunaan air baku dalam proses produksi. 

Tidak hanya di pabrik terintegrasi yang memproduksi semen, SBI melalui anak usaha PT Solusi Bangun Beton menerapkan penggunaan recycled water untuk produksi di pabrik beton. Recycled water adalah air sisa pencucian truk mixer yang diendapkan. Penggunaan recycled water dalam proses produksi beton ini dapat mengurangi penggunaan air tanah tanpa mengurangi kualitas beton.  

Di Tuban, Jawa Timur, SBI menjalankan fokus pada program penguatan masyarakat, khususnya dalam mengatasi permasalahan air melalui program Metubanyune. Dalam Bahasa Jawa yang berarti keluar airnya, Metubanyune adalah program pemberdayaan masyarakat yang fokus pada penyelesaian permasalahan ketersediaan air bersih khususnya di Desa Mliwang, Tuban. 

Beberapa aktivitasnya seperti instalasi tandon air untuk disalurkan ke rumah-rumah warga, pipanisasi ke lahan pertanian warga, pembuatan kolam lele untuk budidaya, pemanfaatan air kolam untuk penanaman buah, dan budidaya sayur organik dengan sistem green house. 

Dari program tersebut, lahan masyarakat seluas 11 hektar mendapatkan pengairan sehingga para petani setempat mampu mengelola lahan pertanian miliknya. Lahan yang semula sangat gersang, kini mampu menghasilkan hasil bumi yang dapat dikonsumsi oleh warga Desa Mliwang maupun dijual ke masyarakat luas. 

Pada November 2023 lalu, Kelompok Tani Mliwang berhasil memanen melon sebanyak 8.000 buah. Tidak hanya petani yang diuntungkan, sejumlah 174 balita yang ada di Desa Mliwang juga terhindar dari masalah kurang gizi karena mendapatkan makanan sehat dan gratis dari periode panen lele serta pertanian sayur dan melon hasil dari program pengairan yang dilakukan oleh SBI. (ril/min)